Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Pensiun dan RBC jadi Sorotan, Asabri Perbaiki Kinerja Keuangan

Asabri terus melakukan upaya memperbaikan kondisi keuangan seiring adanya sejumlah masalah finansial di tubuh perseroan.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang milik PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) di Jakarta, Kamis (10/10). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang milik PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) di Jakarta, Kamis (10/10). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri menyatakan sedang melakukan perbaikan kondisi keuangan. Risk based capital atau RBC perseroan diperkirakan akan semakin membengkak pada tahun ini.

Corporate Communications Officer Asabri Desy Ananta Sembiring menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan upaya perbaikan kondisi keuangan seiring adanya sejumlah masalah finansial di tubuh perseroan.

Pada 2019, perseroan mencatatkan kerugian Rp6,2 triliun dan kinerja investasi yang negatif. Selain itu, Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) pun melaporkan adanya sejumlah masalah dari penyelenggaraan program pensiun yakni pengelolaan akumulasi iuran pensiun (AIP).

"Saat ini, manajemen Asabri sedang melakukan langkah-langkah recovery atas investasi dan kinerja keuangan," ujar Desy kepada Bisnis, Jumat (8/5/2020).

Dia menyatakan bahwa meskipun terdapat sejumlah masalah, Asabri memiliki likuiditas yang solid dan tetap mampu memenuhi kewajiban kepada para peserta. Layanan kepada para peserta pun berjalan normal dan dinilai tetap berkualitas.

Terkait pernyataan tersebut, Bisnis mencoba meminta data kondisi keuangan teranyar dari Asabri, khususnya mengenai perkembangan langkah pemulihan kondisi keuangan dan investasi. Namun, hingga berita ini ditulis, Desy belum merespon pesan Bisnis.

Perbaikan kondisi keuangan menjadi krusial bagi Asabri karena perseroan memproyeksikan akan terjadi peningkatan RBC pada tahun ini. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Asabri Sonny Widjadja dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (29/1/2020).

Sonny menjelaskan bahwa pada 2019 Asabri mencatatkan RBC negatif 571,17 persen dan jumlahnya diperkirakan membengkak menjadi negatif 643,49 persen pada 2020. Kondisi yang kian merosot itu terjadi karena liabilitas perseroan tak mampu diimbangi oleh nilai aset.

"Akumulasi cadangan liabilitas manfaat polis masa depan [LMPMD] meningkat tiap tahun, sementara nilai aset menurun drastis karena nilai investasi saham portofolio Asabri yang dihitung mark-to-market mengalami penurunan drastis," ujar Sonny.

Pada 2019, Asabri mencatatkan kinerja investasi program Tunjangan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKm) negatif Rp4,8 triliun. Kinerja investasi AIP pada tahun lalu pun tercatat negatif Rp5,93 triliun.

BPK menyatakan bahwa program pensiun yakni AIP yang dilaksanakan oleh Asabri masih belum efektif, belum dilaksanakan secara optimal, dan memerlukan perbaikan. Hal tersebut tercantum dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2019.

BPK menemukan bahwa pemerintah tidak mengatur bentuk pengelolaan risiko investasi saham yang mengalami penurunan nilai dan penyertaan langsung. Pemerintah pun belum menetapkan kebijakan sanksi atas penurunan dana AIP dan/atau capaian hasil investasi AIP yang tidak mencapai target.

"Selain itu, terdapat penempatan saham yang tidak sepenuhnya memenuhi prinsip kehati-hatian pada PT Asabri," tertulis dalam laporan tersebut.

Hal tersebut dinilai membuat capaian kinerja atas pengelolaan dan penggunaan dana AIP belum memberikan hasil yang maksimal. BPK pun menilai pengelolaan dana tersebut belum dapat diukur secara andal.

Atas temuan tersebut, BPK memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah. BPK meminta Menteri Keuangan agar melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik atas tindak lanjut pengendalian risiko serta perbaikan kinerja investasi saham Asabri.

BPK pun meminta manajemen Asabri untuk menetapkan pengendalian risiko investasi saham saat pembelian dan apabila saham tersebut mengalami penurunan nilai. Saat ini, perseroan dinilai belum memiliki skema pengendalian risiko investasi saham tersebut.

"Serta membuat action plan dan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja investasi saham pada PT Asabri yang tidak memenuhi prinsip kehati-hatian dan sudah mengalami penurunan nilai," tertulis dalam laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper