Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Update Rupiah Kuartal I, BI: Pelemahan Dipicu Risk-Off Investor Global

Pada kuartal I/2020, rupiah melemah secara rerata -1,09 persen atau -14,88 persen secara point-to-point. Hal tersebut terungkap dalam Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) kuartal I/2020.
Pegawai bank menata uang dolar di kantor cabang bank Mandiri Syariah di Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman
Pegawai bank menata uang dolar di kantor cabang bank Mandiri Syariah di Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menilai nilai tukar rupiah pada kuartal I/2020 bergerak sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses penyesuaian eksternal.

Pada kuartal I/2020, rupiah melemah secara rerata -1,09 persen atau -14,88 persen secara point-to-point. Hal tersebut terungkap dalam Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) kuartal I/2020

"Pelemahan rupiah didorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global pasca penyebaran pandemi Covid-19 yang kian meluas sehingga memicu peningkatan perilaku risk-off investor global," tulis BI dalam laporannya yang dirilis, Jumat (29/5/2020).

Hal ini kemudian mendorong penyesuaian aliran dana global dari negara berkembang ke aset keuangan global dan komoditas yang dianggap aman (safe haven assets) dan menekan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meskipun demikian, BI melihat pelemahan rupiah pada kuartal I/2020 lebih terbatas dibandingkan dengan pergerakan mata uang negara peers di Asia,
seperti Korea, Singapura, dan India yang mengalami depresiasi di atas 1,5 persen.

Nilai tukar rupiah menguat kembali sejak April 2020 seiring meredanya kepanikan pasar keuangan global.

Sampai dengan 18 Mei 2020, menurut BI, rupiah menguat 5,15 persen secara rerata atau 0,17 persen secara point to point.

"Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik pasca ditempuhnya berbagai kebijakan ultraakomodatif di banyak negara untuk memitigasi dampak pandemi COVID-19, termasuk Indonesia," papar BI dalam laporan tersebut.

BI menambahkan penguatan rupiah ini juga didukung berlanjutnya pasokan valas dari pelaku domestik sehingga menopang stabilitas nilai tukar rupiah.

Peningkatan pasokan valas dipengaruhi penurunan permintaan valas nonresiden sejalan berkurangnya kepanikan pelaku nonresiden dan tetap meningkatnya supply dari residen.

Pada kuartal/ I 2020, net supply valas residen mencapai level tertingginya sejak 2016.

Sampai dengan 18 Mei 2020, volatilitas nilai tukar Rupiah tercatat sebesar 23,8 persen, meningkat dibandingkan dengan volatilitas pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,0 persen.

"Kenaikan volatilitas nilai tukar Rupiah ini didorong ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi sejalan dengan masih berlangsungnya penyebaran pandemi Covid-19 di berbagai negara," kata BI.

Namun demikian, BI memandang level volatilitas rupiah ini lebih lebih rendah apabila dibandingkan dengan level volatilitas mata uang negara peers lain,
seperti Real Brazil (BRL) dan Rand Afrika Selatan (ZAR) yang pada periode yang sama masing-masing tercatat sebesar 30,5 persen dan 26,2 persen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper