Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deposito Bank Jumbo (BCA, BRI Cs) Loyo saat Simpanan Industri Melambat, Ada Apa?

Sejumlah bank besar, seperti BRI, BNI, dan BCA terpantau mengalami penurunan simpanan deposito pada bulan kelima tahun ini.
llustrasi Deposito. Bisnis/Nurul Hidayat
llustrasi Deposito. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Bank-bank jumbo seperti BRI, BCA, dan BNI kompak mencatatkan penurunan simpanan deposito per Mei 2025.

Kondisi itu terjadi saat tren pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan semakin melambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan DPK per Mei 2025 sebesar 4,29% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp9.072 triliun, melambat dari April 2025 yang sebesar 4,55% YoY.

Realisasi itu ditopang pertumbuhan komponen giro, tabungan, dan deposito yang masing-masing tumbuh sebesar 5,57%, 5,39%, dan 2,31% YoY.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut bahwa pertumbuhan deposito yang terbatas turut dipengaruhi jenis simpanan lain yang kian menarik dari sisi imbal hasil maupun fleksibilitas penarikan.

“Juga disebabkan makin beragamnya alternatif jenis instrumen investasi lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi,” kata Dian dalam keterangan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK bulanan, Selasa (8/7/2025).

Di antara bank jumbo, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan kontraksi deposito paling dalam pada bulan kelima tahun ini. Komponen simpanan berjangka di BRI tercatat sebesar Rp498,09 triliun, turun 5,19% YoY dari sebelumnya Rp525,36 triliun.

Pada saat bersamaan, dana murah alias current account saving account (CASA) BRI juga menyusut 5,59% YoY menjadi Rp825,78 triliun. Hal ini menyebabkan DPK BRI minus 5,44% YoY menjadi Rp1.323,87 triliun per Mei 2025.

Lebih lanjut, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan penurunan simpanan deposito sebesar 2,19% YoY, dari Rp198,99 triliun menjadi Rp194,63 triliun pada Mei tahun ini.

Sementara itu, dana murah bank swasta milik Grup Djarum ini tumbuh 7,29% YoY menjadi Rp960,58 triliun. BCA pun mempertahankan pertumbuhan DPK sebesar 5,57% YoY menjadi Rp1.155,22 triliun.

Segendang sepenarian, simpanan berjangka di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) terkontraksi 1,48% YoY menjadi Rp225,96 triliun per Mei 2025, dari sebelumnya Rp229,35 triliun.

BNI juga mencatatkan pertumbuhan dana murah sebesar 2,5% YoY menjadi Rp573,06 triliun. Alhasil, DPK BNI masih bertumbuh positif 1,34% ke angka Rp799,02 triliun pada Mei 2025.

Di sisi lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi satu-satunya bank jumbo yang membukukan lonjakan deposito per Mei 2025, yakni sebesar 20,28% YoY menjadi Rp314,5 triliun dari sebelumnya Rp261,46 triliun.

Deposito Bank Jumbo (BCA, BRI Cs) Loyo saat Simpanan Industri Melambat, Ada Apa?

Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (4/1/2023). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Dana murah bank berlogo pita emas ini juga bertumbuh 5,58% menjadi Rp1.092,33 triliun. DPK Bank Mandiri pun bertumbuh 8,54% YoY menjadi Rp1.406,84 triliun per Mei 2025.

Faktor Deposan Perorangan

Pengamat Perbankan Moch. Amin Nurdin menilai bahwa kondisi ini cenderung dipengaruhi faktor deposan perorangan. Menurutnya, kondisi makroekonomi yang lebih sulit membuat masyarakat terpaksa mencairkan simpanan depositonya untuk keperluan yang lebih genting.

“Kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat sedang melambat, sehingga kemudian orang mulai melakukan pencairan untuk membiayai berbagai macam keperluan. Artinya, ada pengeluaran ekstra,” katanya kepada Bisnis, Rabu (9/7/2025).

Menurutnya, skenario tersebut banyak terjadi pada kalangan nasabah menengah ke bawah. Pencairan deposito juga dapat dilakukan untuk menuntaskan tuntutan lain seperti utang maupun cicilan.

Selain itu, Amin juga membenarkan adanya peralihan aset masyarakat kepada instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan dibandingkan deposito, salah satunya surat utang.

“Masyarakat beralih ke obligasi korporasi, obligasi pemerintah atau SUN, sukuk dan lain-lain yang lebih menguntungkan secara margin dan lebih aman [dibandingkan deposito],” lanjutnya.

Menurutnya, kondisi tersebut terjadi pada nyaris seluruh bank. Khusus Bank Mandiri, ekspansi simpanan deposito masih terjadi di tengah basis nasabah wholesale yang masih kuat.

Atas faktor-faktor tersebut, Amin memproyeksikan bahwa pertumbuhan DPK dan kredit perbankan belum akan membaik hingga penghujung tahun ini.

“Saya rasa ini pertumbuhan sampai akhir tahun tidak akan sampai double digit, baik untuk pertumbuhan kredit apalagi untuk DPK,” tandasnya.

Strategi Bank Jaring Simpanan

Dari sisi perbankan, BNI telah menyampaikan strateginya untuk memperkuat struktur pendanaan melalui akselerasi transformasi digital. Upaya ini mendorong efisiensi layanan sekaligus memperluas basis dana murah (current account saving account/CASA), di tengah ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi suku bunga global.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan bahwa transformasi digital yang dijalankan tidak hanya berfokus pada adopsi teknologi, tetapi juga mengutamakan pengalaman nasabah yang lebih personal dan berkelanjutan.

“Transformasi digital kami tidak hanya berorientasi pada teknologi, tetapi juga bagaimana menciptakan pengalaman nasabah yang lebih personal dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6/2025).

Deposito Bank Jumbo (BCA, BRI Cs) Loyo saat Simpanan Industri Melambat, Ada Apa?

wondr by bni/bni.co.id

Salah satunya yaitu melalui aplikasi perbankan wondr by BNI, yang mencatatkan lonjakan pengguna dan nilai transaksi. Per Maret 2025, jumlah pengguna digital banking BNI mencapai 24,4 juta, melonjak 53,8% secara tahunan (year-on-year/YoY). Sementara itu, nilai transaksi digital mencapai Rp764,3 triliun.

“Kami terus mengembangkan fitur-fitur baru di wondr by BNI untuk memastikan pengguna memiliki alasan kuat untuk terus kembali,” tambah Okki.

Peningkatan signifikan ini turut mengerek dana tabungan BNI, yang tumbuh 10,2% secara tahunan. Hal ini ikut memperkuat struktur CASA dan menjaga biaya dana (cost of fund/CoF) tetap efisien.

Di sisi lain BCA menyatakan keyakinan akan pertumbuhan solid DPK. Executive Vice President BCA Hera F. Haryn mengatakan BCA secara konsisten mengusung konsep hybrid banking untuk memberikan layanan secara holistik, baik di ekosistem online maupun offline, untuk dapat mempertahankan posisi di pasar dan senantiasa bertumbuh.

"Kami berharap pertumbuhan CASA dan DPK masih tetap solid ke depan, sejalan dengan volume transaksi yang terus bertumbuh," katanya kepada Bisnis, Rabu (7/5/2025).

Keyakinan tersebut tercermin pada tren peningkatan volume transaksi nasabah yang menunjukkan pertumbuhan. Menurut data BCA, hingga Maret 2025 total DPK secara konsolidasi tumbuh 6,5% secara tahunan, mencapai Rp1.193 triliun. CASA menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 8,3% (YoY) menjadi Rp979 triliun atau sekitar 82% dari total DPK.

“Dana CASA menjadi kontributor utama pendanaan BCA seiring dengan meningkatnya volume transaksi. Frekuensi transaksi BCA secara menyeluruh tumbuh 19% [YoY] menjadi 9,9 miliar,” ujar Hera.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper