Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lima Skenario Transformasi Wajah Industri Perbankan

Dengan adanya penerapan pembatasan sosial yang mengharuskan orang-orang tetap tinggal di rumah akibat pandemi Covid-19, membuat ketergantungan pada layanan digital semakin besar.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Era kemajuan teknologi semakin memaksa industri perbankan memasuki tatanan yang baru, menuntut wajah dan pola bisnis yang berbeda.

Apalagi dengan adanya penerapan pembatasan sosial yang mengharuskan orang-orang tetap tinggal di rumah akibat pandemi Covid-19, membuat ketergantungan pada layanan digital semakin besar. Belum lagi, bank dihadapkan dengan persaingan dengan perusahaan teknologi finansial (tekfin).

Deputy Commissioner of OJK Institute and Digital Finance Sukarela Batunanggar mengatakan dengan tatanan yang baru, ada lima skenario transformasi perbankan.

Pertama, better bank. Bank yang masuk ke dalam kategori ini adalah bank yang paling baik, bisa bertransformasi dan bisa menjalankan bisnis dengan strategi baru. Kedua, new bank atau yang disebut neobank, yaitu bank yang memberikan layanan perbankan tanpa kantor (banking without bank).

"New bank ini akan menjadi pesaing baru bagi perbankan dan sektor jasa keuangan. Di negara-negara maju sudah bermunculan dan akan segera menyusul di Indonesia. Perbankan di indonesia tidak bisa tinggal diam, harus membangun segera," katanya, Rabu (10/6/2020).

Ketiga, distributed bank. Sebagian distribusi bank dalam kategori ini akan diambil alih oleh better bank dan new bank, bahkan sebagian oleh tekfin. Sukarela mengatakan, bank ini masih bisa bertahan karena memiiki segmen tersendiri, namun portofolionya akan menurun drastis.

Keempat, relegated bank. Bank ini merupakan bank yang tidak bisa bertransformasi dan pada akhirnya tidak mampu lagi menyediakan jasa dan produk keuangan.

"Bank ini tidak lagi menyediakan jasa dan produk keuangan tapi hanya menjadi service provider, misalnya gedungnya hanya menjadi meeting room," jelasnya.

Kelima, disintermediated bank. Sukarela mengatakan, bank ini akan menghilang dan ditinggalkan nasabah karena tidak mampu beradaptasi.

"Bank ini yang tidak diharapkan, bank yang akan hilang atau ditinggalkan nasabah, karena sekarang sudah banyak muncul P2P [peer to peer lending], termasuk e-insurance. Ini jadi pelajaran agar bank melakukan transformasi ke depan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper