Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Covid-19, Mandiri Capital Tak Lirik Startup yang 'Bakar Uang'

Mandiri Capital telah melakukan kegiatan penyertaan ekuitas di beberapa startup sebagai portofolionya, seperti Investree, Gojek, KoinWorks, Cashlez, Crowde, dan Amartha.
Presiden Direktur Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Bisnis/Arief Hermawan P
Presiden Direktur Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 tampaknya ikut mempengaruhi mindset perusahaan modal ventura (PMV) terhadap strategi yang akan diusung para pelaku usaha rintisan (startup).

Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia (Mandiri Capital) Eddi Danusaputro mengungkap bahwa hal ini demi sustainability startup itu sendiri dalam mengelola bisnisnya di tengah perekonomian nasional yang terdampak Covid-19.

"Maka, sekarang kami lebih ketat soal sumber revenue, selain itu startup tidak bisa mengandalkan strategi bakar uang, cash burn rate untuk dapat users atau transaksi harus dikurangi," ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (21/7/2020).



Perusahaan yang telah melakukan kegiatan penyertaan ekuitas di beberapa startup sebagai portofolionya, seperti Investree, Gojek, KoinWorks, Cashlez, Crowde, dan Amartha ini pun menekankan bahwa path to profitability merupakan hal penting.

"Terakhir, bagaimana mereka yang sudah masuk portofolio maupun yang akan masuk, melihat path to profitability atau semua harus tahu secara jelas kapan sudah bisa profit. Tidak bisa bakar uang terus karena semua investor pasti akan lebih selektif," tambahnya.

Terkini, terkait langkah terdekat yang akan ditempuh Mandiri Capital, yakni finalisasi investasi ke satu startup baru. Hal ini terbukti dari tren kegiatan PMV dari kegiatan penyertaan ekuitas yang naik terus dibanding kredit modal.

Sekadar informasi, dalam statistik OJK, kegiataan penyertaan ekuitas PMV memang tampak tak terpengaruh Covid-19 karena angkanya terus naik.



Memang, dari total pembiayaan atau penyertaan PMV pada Mei 2020 yang mencapai Rp13,07 triliun, kontribusi penyertaan saham masih jadi nomor dua.

Penopang utamanya masih dari pembiayaan bagi hasil (Rp10,06 triliun), baru disusul penyertaan saham (Rp2,47 triliun), dan terakhir obligasi konversi (Rp540 miliar).

Namun demikian, kegiatan pembiayaan bagi hasil tampak turun dari sisi Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) yang menjadi 2,11 juta unit dari puncaknya 2,25 juta unit pada Februari 2020, dan dari sisi nilainya di mana puncaknya juga ada di periode Februari 2020 (Rp10,46 triliun) dan mencapai titik terbawah pada April 2020 (Rp10,04 triliun).

Sementara kegiatan penyertaan saham tampak terus naik, baik dari sisi jumlah Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) kini telah mencapai 120 unit pada Mei 2020. Sementsra dari sisi nilai, kegiatan penyertaan saham PMV bahkan tak pernah turun sejak Oktober 2019 di mana angkanya baru Rp1,84 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper