Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BCA Curhat Sulitnya Kerek Kredit di Tengah Pandemi

Sejumlah sektor mengalami pertumbuhan kredit minus karena tingginya nilai pelunasan daripada penyaluran baru.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat paparan kinerja kuartal I/2020 secara live, Rabu (27/5/2020). Dokumen BCA.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat paparan kinerja kuartal I/2020 secara live, Rabu (27/5/2020). Dokumen BCA.

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. membeberkan sulitnya mendorong pertumbuhan kredit di tengah pandemi karena tingginya pelunasan.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penyaluran kredit menjadi usaha bank yang paling parah terdampak selama Covid-19. Bahkan, sejumlah sektor mengalami pertumbuhan kredit minus karena tingginya nilai pelunasan daripada penyaluran baru.

Jahja mencontohkan kredit sektor korporasi yang disalurkan BCA selama September 2020 adalah senilai Rp45 triliun, tetapi pengembalian cicilannya mencapai Rp30 triliun. Artinya, secara nett, kredit korporasi BCA hanya tumbuh Rp15 triliun.

Begitu juga dengan kredit pemilikan rumah (KPR) yang normalnya disalurkan Rp2,5 triliun per bulan. Namun, selama Covid-19, penyalurannya menurun menjadi Rp1 triliun per bulan. Nilai pengembalian kredit KPR pun lebih besar lagi yakni Rp1,8 triliun sehingga membuat pertumbuhan kredit minus Rp800 miliar.

Sektor otomotif, lanjutnya, lebih parah lagi. Dari normalnya penyaluran kredit per bulan Rp2,5 triliun, nilai kredit baru pada April 2020 hanya Rp90 miliar, sedangkan pelunasan yang dibayarkan Rp2 triliun.

Meskipun kredit untuk kendaraan bermotor (KKB) sudah mulai naik menjadi Rp200 miliar pada Mei 2020, tetapi pertumbuhannya tetap saja negatif karena pelunasannya masih lebih besar. Sementara itu, pada Juni 2020 penyaluran KKB sudah menyentuh Rp400 miliar dan mendekati Rp1 triliun sampai saat ini.

"Kejadian-kejadian ini betul-betul buat negatif carry, tapi kami tetap berusaha lepaskan kredit. Namun, pengembalian pinjaman itu kurangi outstanding balance yang terjadi di bank, ini perlu penjelasan jelas agar tahu betapa sulitnya," katanya dalam dalam webinar forum sektor jasa keuangan, Selasa (9/11/2020).

Menurutnya, permintaan kredit rendah salah satunya disebabkan oleh kelompok menengah ke atas yang menahan belanja. Sebaliknya, aktivitas belanja kelas menengah ke bawah masih stagnan.

"Credit card lebih parah lagi, masih utama kalau belanja kendaraan drop 22 persen artinya apa, tidak ada suatu pencairan dana dari orang yang mampu belanja, padahal bisa dorong ekonomi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper