Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Likuiditas, Penerbitan Surat Utang Bank Minim

Nilai penerbitan surat utang perbankan hingga 30 November 2020 sebesar Rp7,89 triliun, turun dari 2019 sebesar Rp24,29 triliun.
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan surat utang dari sektor perbankan minim pada tahun ini. Likuditas yang berlebih karena permintaan kredit yang masih rendah menyebabkan perbankan belum membutuhkan pendanaan.

Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan porsi penerbitan surat utang korporasi dari sektor perbankan turun cukup tajam pada tahun ini. Nilai penerbitan surat utang perbankan hingga 30 November 2020 sebesar Rp7,89 triliun, turun dari 2019 sebesar Rp24,29 triliun.

Sepinya penerbitan surat utang perbankan lantaran pertumbuhan kredit yang hampir tidak ada. Alhasil, likuiditas cukup kuat sehingga bank tidak membutuhkan tambahan pendanaan dari surat utang.

"Deposito pun masih banyak, LDR masih cukup terkendali, sehingga kebutuhan surat utang korporasi untuk sektor perbankan memang sangat minim tahun ini," katanya dalam paparan perkembangan surat utang korporasi di Indonesia, Kamis (17/12/2020).

Dia menambahkan perbankan biasanya menerbitkan obligasi untuk memperkuat capital adequacy ratio (CAR). Adanya pertumbuhan kredit yang rendah dan CAR perbankan juga cukup kuat menunjukkan perbankan saat ini tidak terlalu bermasalah dengan permodalan.

"CAR nya cukup tinggi sehingga kebutuhan untuk mengeluarkan subdebt sangat kecil. Ini terlihat dari tren penerbitan surat utang berdasarkan industri," imbuhnya.

Salyadi mengatakan apabila pertumbuhan kredit tahun depan cukup tinggi, pihaknya bisa berharap perbankan akan melirik obligasi sebagai salah satu alternatif pendanaan. Namun apabila kredit tumbuh tidak terlalu tinggi maka likuiditas perbankan masih cukup dan mungkin penerbitan obligasi tidak menjadi prioritas.

Menurutnya, perbankan akan mengoptimalkan likuiditas yang ada untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya, sebelum menerbitkan surat utang.

"Saya lebih optimis untuk industri multifinance karena mereka harus melakukan refinancing, sedangkan perbankan ketika jatuh tempo tinggal bayar saja. Karena likuiditas bagus, maka buat apa penerbitan," ujarnya.

Di sisi lain, porsi kepemilikan obligasi oleh perbankan diperkirakan akan melanjutkan tren kenaikan pada tahun depan. Sampai dengan September 2020, porsi kepemilikan bank terhadap outstanding obligasi korporasi sebesar 21,3 persen, naik dari rata-rata di kisaran 20 persen.

Hal ini karena banyak bank tidak mengalami tekanan likuiditas, meski dari sisi NPL dan kredit yang direstrukturisasi meningkat akibat pandemi. "Oleh karena itu daripada mereka menyimpan idle fund, yang dilakukan mencari peluang investasi dalam bentuk obligasi korporasi yang yield-nya lumayan, sehingga ada tren kenaikan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper