Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Dibuka, Saham Bank Kompak Terbakar. Kenapa Nih?

Dari data RTI Business, koreksi saham tidak hanya terjadi pada bank kecil, tetapi juga bank-bank jumbo.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah bayang-bayang sentimen yield obligasi Amerika Serikat, mayoritas saham perbankan pada awal sesi I perdagangan Jumat (19/3/2021) memerah.

Dari data RTI Business, koreksi saham tidak hanya terjadi pada bank kecil, tetapi juga bank-bank jumbo. Hingga pukul 09.42, saham PT Bank CIMB Niaga Tbk. yang stabil di zona hijau dengan kenaikan 2,27 persen ke level 1.125.

Saham bank-bank besar, seperti BBCA turun 0,07 persen ke level 33.500, lalu BBTN terkoreksi 0,52 ke level 1.925, BMRI -0,74 ke level 6.750, BBNI turun 0,80 persen ke 6.225, dan BBRI melemah 1,26 persen ke 4.700.

Sementara itu, saham bank kecil terkoreksi berjamaah. Koreksi paling dalam dicatatkan oleh saham PT Bank Maspion Tbk. (BMAS) sebesar 6,94 persen ke level 1.140 dan saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC) sebesar 6,92 persen.

Saham bank-bank kecil lain yang terkena sentimen akuisisi dan bank digital juga terbakar, seperti BACA -3,85 persen, BBHI -4,40 persen, BBYB -5,26 persen, DNAR -5,79 persen, BVIC -6,42 persen, AGRS -6,67 persen, BGTG -6,74 persen, dan BNBA -6,80 persen.

Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan setelah kemarin investor menari gembira, Jumat ini investor kembali ke dunia nyata.

"Kami mencatat sejak 17 Februari melalui BC STOCK TERRACE sudah memperingatkan bahaya sedang mengintai dari naiknya yield obligasi AS. Bukan hanya indeks harga saham akan melorot dan harga komoditas merosot tetapi nilai tukar rupiah akan terkulai lemas jika yield obligasi AS tenor 10 tahun naik mencapai sedikitnya 2,4 persen atau lebih," kata Edwin, Jumat (19/3/2021).

Menurutnya, dampak pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell bahwa inflasi diperkirakan akan meningkat tahun ini hingga menyentuh 2,4 persen mendorong yield obligasi AS tenor 10 naik tajam 5,42 persen menjadi di atas level 1,73 persen level yield tertinggi selama 54 minggu terakhir.

Dengan begitu, pada gilirannya menarik turun indeks di Wall Street terjun bebas, di mana Nasdaq turun sebesar 4.09 persen dan DJIA turun 1.73 persen.

Lebih lanjut, jika dikombinasikan dengan kejatuhan EIDO sebesar 1.17 persen padahal kemarin IHSG menguat 1.12 persen serta kejatuhan tajam harga komoditas seperti minyak turun 7.85 persen, emas turun 0.87 persen, Nikel turun 1.17 persen dan CPO turun 3.30 persen berpotensi mendorong IHSG turun menguji level support 6300 dalam perdagangan Jumat ini.

Edwin memperkirakan indeks komposit akan bergerak di rentang 6280 hingga 6373. Dengan nilai tukar rupiah di rentang Rp14.345-Rp14.480 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper