Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI melesat pada perdagangan hari ini, Kamis (18/4/2024) seiring dengan mencuatnya kabar ketertarikan investor strategis asal Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yakni Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB).
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BRIS naik 4,84% ditutup pada level Rp2.600 per lembar pada perdagangan Kamis (18/4/2024). Harga saham BRIS memang masih turun 1,52% dalam sepekan. Namun, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), harga saham BSI melesat 49,43%.
Pada perdagangan hari ini, saham BRIS mencatat nilai jual asing atau net foreign sell sebanyak Rp2,08 miliar. Sementara dalam sepekan, BRIS mencatatkan nilai beli asing atau net foreign buy Rp3,31 miliar.
Peningkatan harga saham BRIS terjadi di tengah kabar masuknya investor strategis dari Abu Dhabi, ADIB. Dilansir dari Reuters, sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa BRIS dan ADIB sedang berdiskusi atas pembelian saham minoritas dengan nilai sekitar US$1,1 miliar.
Akan tetapi, sumber tersebut menegaskan bahwa diskusi masih dalam tahap awal dan belum ada jaminan kesepakatan. Adapun, tujuan dari aksi ini adalah untuk memanfaatkan pertumbuhan yang cepat terkait layanan keuangan Islam di Asia Tenggara.
Corporate Secretary BSI Gunawan Hartoyo tidak dapat memberikan informasi lebih jauh, lantaran dia menyebut hal ini sepenuhnya ranah pemegang saham perseroan. "Yang bisa kami katakan adalah bahwa informasi di atas berada dalam domain para pemegang saham kami," katanya pada Rabu (17/4/2024).
Potensi porsi akuisisi mencapai 15% saham BRIS yang sebelumnya dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Saat ini, BRI memiliki porsi kepemilikan saham di BSI sebesar 15,38%.
Sementara, BRI memang berencana untuk divestasi saham di BRIS untuk memberi jalan bagi masuknya investor strategis. Selain BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang memiliki 23,24% kepemilikan saham di BRIS juga akan melepasnya.
Lalu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) akan tetap menjadi pemegang saham pengendali BSI dengan porsi kepemilikan 51,47%.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan bahwa investor strategis menginginkan kepemilikan saham di BRIS hingga 20% atau lebih tinggi dari penawaran yang diberikan, seiring dengan adanya rencana divestasi saham BSI oleh BRI dan BNI itu.
Dalam roadshow ke Timur Tengah pada awal Oktober lalu, Erick mengatakan sebagian investor global ingin masuk sebagai pemegang saham BSI dengan komposisi sebesar 15%-20%. Adapun tawaran yang diberikan berkisar di angka 10% hingga 11%.
“Mereka ingin masuk kalau bisa lebih dari 10%, tidak seperti yang kami tawarkan hanya 10% - 11%. Kalau bisa 15% atau 20% sehingga menjadi strategic partner,” kata Erick dalam konferensi pers di Gedung Kementerian BUMN, pada akhir tahun lalu (19/12/2023).