Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan modal ventura East Ventures mengungkap 10 daerah yang makin menonjol dalam pemanfaatan layanan digital. Bali dan Riau tercatat naik peringkat dengan pesat dan berpotensi besar menjadi 'pasar digital' utama pada 2021.
Willson Cuaca, Co-Founder & Managing Partner East Ventures mengungkap hal ini dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bersama East Ventures, Bank DBS Indonesia, dan Barito Pacific, yang berlangsung Senin (22/3/2021) sampai Kamis (25/3/2021).
Dalam laporan bertajuk East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021, yang juga melibatkan wawancara terhadap 8 pejabat pemerintah, 3 regulator, 7 pemimpin korporasi, 6 pemimpin startup, mengungkap median atau angka tengah dari tiap wilayah naik dari 27,9 poin pada 2020 menjadi 32,0 poin pada 2021.
Laporan ini menyebut tiga besar dari 10 provinsi dengan skor EV-DCI tertinggi masih dipegang DKI Jakarta dengan 77,6 poin, Jawa Barat 57,1 poin, dan Jawa Timur 48 poin.
Posisi ke-4 ada Provinsi Bali yang naik 3 peringkat dari tahun sebelumnya dengan 47,7 poin, disusul Banten dengan skor serupa, dan DI Yogyakarta dengan 47,5 poin.
Setelah itu, ada Kepulauan Riau yang juga naik drastis 3 peringkat dari tahun sebelumnya menjadi 43 poin. Sisanya, ada Jawa Tengah (42,6 poin), Sulawesi Selatan (40,7 poin), dan Kalimantan Timur (39,5 poin).
"Bali itu infrastruktur dan adopsi digital memang sudah bagus, tapi kemarin terdongkrak karena angka pengguna yang tinggi dari para nomaden yang Work Form Home, tapi dari Bali. Sementara Riau melejit karena adanya Nongsa Digital Park," jelasnya.
Sekadar informasi, Nongsa Digital Park merupakan kawasan digital hub, penghubung para perusahaan teknologi dari Singapura dan Indonesia. Masifnya demand layanan digital di kawasan ini dinilai telah menciptakan snowball effect terhadap masyarakat di sekitar kawasan, sehingga adopsi digital pun cenderung meningkat pesat.
Selain dua provinsi tersebut, East Ventures pun menyoroti pemimpin Jawa Barat dan Jawa Tengah yang memiliki kelebihan masing-masing dalam memajukan adopsi digital.
Jawa Barat memiliki penetrasi yang tinggi walaupun output adopsi digital di berbagai wilayahnya belum merata. Gubernur Ridwan Kamil dianggap mampu mendongkrak tren ini lewat Smart City, Smart Village untuk mengakomodasi para pedagang di desa masuk ke e-commerce, serta Jabar Digital Services.
Adapun, Jawa Tengah dinilai memiliki tren adopsi digital yang lebih masif dan seimbang lewat pendekatan populis Gubernur Ganjar Pranowo kepada ekosistem usaha kecil. Seperti kampanye #LapakGanjar, adanya marketplace khusus buat UMKM Jateng, e-katalog pengadaan pemerintah yang terbuka buat UMKM, serta pelatihan promosi, packaging, dan quality control bagi UMKM.
Sementara itu, dari segi kinerja platform, East Ventures menyebut beberapa sektor yang justru 'laris-manis' selama periode pandemi. Antara lain, Tokopedia dan Sociolla di e-commerce, Ruang Guru di Edutech, Stockbit di fintech, Nusantics dan NalaGenetics di sektor healthtech, serta Waresix, Warung Pintar, dan Advotics di distribusi dan logistik.
Willson menjelaskan bahwa di samping tren positif ini, ada pula beberapa sektor justru memiliki tren penurunan kinerja selama pandemi. Ketimpangan di Indonesia pun masih terbilang tinggi, karena beberapa wilayah masih memiliki skor adopsi digital yang rendah.
Oleh sebab itu, apabila pandemi sudah mereda, dan ketimpangan infrastruktur teknologi berhasil diatasi oleh pemerintah, bukan tak mungkin ekonomi digital di Indonesia bisa menjadi salah satu raksasa dunia.
"Posisi adopsi teknologi di Indonesia itu se-Asean sudah menjadi nomor satu, dan apakah kita bisa masuk top 10 dunia? Saya rasa kita tidak jauh dari sana, karena populasi kita yang besar, kebanyakan muda, dan semangat entrepreneur kita besar. Jadi buat pelaku ekonomi digital yang lahir dari Indonesia, percayalah kita ini ada di tempat dan waktu yang tepat," tutupnya.