Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkap sejumlah tantangan yang dihadapi dalam proses pengembangan pasar uang di era digital. Tantangan tidak hanya datang dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri atau global.
Tantangan pengembangan pasar uang dari global di antaranya dibayangi oleh ketidakpastian pemulihan ekonomi global akibat pandemi Covid-19, kondisi geopolitik, serta aliran dana asing akibat kebijakan quantitive easing seperti pembelian surat berharga pemerintah atau bank-bank anggota.
Lalu, tuntutan global terhadap penguatan Infrastruktur Pasar Keuangan (IPK) turut berdampak pada upaya pengembangan pasar keuangan Indonesia.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa antara lain reform yang ada di global itu adalah bagaimana membuat pasar uang kita dalam dengan derivatif yang safer [lebih aman]. Ini menjadi salah satu agenda yang harus kita jawab,” jelas Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat pada taklimat media secara virtual, Jumat (25/6/2021).
Selain itu, BI menilai tren digitalisasi dan inovasi di pasar keuangan yang berkembang dengan pesat perlu direspon secara cepat juga.
Oleh karena itu, Donny menyatakan bahwa Blueprint Pengembangan Pasar Keuangan (BPPU) 2025 nantinya diharapkan dapat membangun pasar uang modern dan maju di era digital. Pokok-pokok yang dituangkan dalam blueprint tersebut di antaranya adalah mendorong digitalisasi dan penguatan IPK.
Baca Juga
Selanjutnya, yaitu meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, dan mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko.
Sejalan dengan hal tersebut, Donny mengungkapkan bahwa BI juga akan mendorong reformasi regulasi (regulatory reform) pasar uang yang mencakup aspek pengembangan, perizinan, dan pengawasan, koordinasi, serta data dan informasi terkait dengan pasar uang.