Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi jiwa dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan bisnis pada tahun ini, di tengah tingginya kebutuhan proteksi. Namun, pandemi Covid-19 membuat pelaku industri harus memutar otak untuk mencapai pertumbuhan itu.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon dalam gelaran Bisnis Indonesia Mid Year 2021 Economic Outlook bertajuk Prospek Ekonomi Indonesia Pasca-Stimulus dan Vaksinasi, Selasa (6/7/2021).
Optimisme AAJI itu muncul dari capaian positif industri asuransi jiwa pada kuartal I/2021 dalam sejumlah indikator. Misalnya, pada kuartal I/2021, industri membukukan pendapatan Rp62,66 triliun, berbalik untung dari kondisi kuartal I/2020 yang babak belur karena pendapatannya minus Rp0,46 triliun.
Capaian kuartal I/2021 itu bahkan tercatat lebih besar dari pendapatan kuartal I/2019 senilai Rp60,34 triliun. Budi menilai bahwa kondisi itu membawa angin segar bagi industri dalam menjalankan bisnis di tahun berjalan.
"Total pendapatan ini komponen utamanya premi dan investasi, premi mengalami peningkatan. Hasil investasi ketika kuartal I/2020 negatif sangat dalam [-Rp47,8 triliun], sementara kuartal I/2021 positif meskipun masih kalah dibandingkan dengan kuartal I/2019. Industri mengawali 2021 dengan baik," ujar Budi pada Selasa (6/7/2021).
Dari sisi sumber pendapatan per kuartal I/2021, premi bisnis baru tercatat tumbuh 42,3 persen dan premi lanjutan (renewal) tumbuh 9,3 persen. Lalu, premi nasabah perorangan meningkat 31,1 persen dan nasabah asuransi kumpulan tumbuh 13,3 persen.
Baca Juga
Adapun, dari sisi kanal pemasaran, premi yang berasal dari bancassurance naik pesat 55,9 persen dan kanal lainnya seperti digital naik 41,3 persen. Kanal keagenan (agency) mengalami koreksi premi 5,8 persen dan perolehan premi dari kanal telemarketing pun turun 14,3 persen.
Menurut Budi, salah satu yang dapat disoroti pada kuartal I/2021 adalah tumbuhnya perolehan premi tunggal hingga 59,9 persen. Orang-orang yang mampu membayar premi sekaligus tercatat melengkapi proteksinya dengan berbelanja asuransi.
"Pandemi Covid-19 meningkatkan awareness masyarakat akan pentingnya produk asuransi, terlihat dari pertumbuhan pendapatan premi dari produk tradisional. Premi unit-linked juga mengalami pertumbuhan berdasarkan pada fenomena time to buy," ujar Budi.
AAJI menilai bahwa 2021 menjadi tahun yang masih penuh tantangan, seiring terus terjadinya penyebaran virus corona. Namun, meskipun ketidakpastian bisnis cukup tinggi, besarnya kebutuhan proteksi menjadi potensi besar bagi industri untuk melakukan penetrasi ke pasar.
"Ruang pertumbuhan terbuka, tapi industri tidak bisa menjalankan bisnis atau mencari celah pemasaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Inovasi amat diperlukan dalam kondisi saat ini," ujar Budi.
Selain itu, untuk menjaga kepercayaan masyarakat di tengah kondisi pandemi Covid-19, AAJI menghimbau kepada seluruh anggotanya, perusahaan-perusahaan asuransi jiwa agar memenuhi komitmen atau apa yang dijanjikan kepada nasabah, yakni melalui pembayaran klaim.