Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ingatkan Dampak Tapering The Fed ke Imported Inflation Perlu Diwaspadai

Kunci untuk menahan imported inflation ada pada stabilitas kurs rupiah. Selain itu, pemerintah perlu mendorong produksi bahan baku maupun pangan didalam negeri.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penarikan stimulus moneter atau tapering oleh the Fed, Bank sentral di Amerika Serikat, dikhawatirkan akan berdampak pada imported inflation.

Sebagaimana diketahui, the Fed diperkirakan akan mulai mengurangi pembelian obligasi pada akhir 2021. Dampaknya, volatilitas di pasar keuangan akan meningkat dan mempengaruhi nilai tukar.

Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyampaikan tapering the Fed pun berisiko pada peningkatan imported inflation.

Ketika tekanan di pasar modal meningkat dan modal asing keluar sehingga berpengaruh pada kurs rupiah, maka dampaknya harga barang impor baik barang konsumsi maupun bahan baku akan mengalami peningkatan.

“[Seberapa besar dampaknya], ini bergantung antisipasi dan tekanan ke rupiah. Kalau sedalam 2013, maka inflasi nya akan naik tinggi,” katanya kepada Bisnis, Kamis (2/9/2021).

Menurut Bhima, kunci untuk menahan imported inflation ada pada stabilitas kurs rupiah. Selain itu, untuk menekan dampaknya pada imported inflation, pemerintah perlu mendorong produksi bahan baku maupun pangan didalam negeri.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan dampak dari tapering the Fed, tidak akan sebesar taper tantrum pada 2013.

Perry mengatakan, BI telah melakukan antisipasi sejak Februari 2021 dengan kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Tapering the Fed dampaknya terhadap global maupun emerging market, Indonesia khususnya Insyallah tidak akan sebesar taper tantrum di 2013,” katanya.

Perry menjelaskan, ada tiga alasan yang mendasar perkiraan tersebut. Pertama, komunikasi the Fed yang cukup jelas, baik dari kerangka kerja kebijakannya, perkiraan ekonomi khususnya inflasi dan tingkat pengangguran, hingga rencana kebijakan tapering.

Kedua, BI memiliki instrumen kebijakan yang cukup melalui kebijakan triple intervention dalam menjaga stabilitas rupiah, serta koordinasi tetap dilakukan dengan Kemneterian Keuangan sehingga imbal hasil surat berharga negara (SBN) akan dikelola tetap menarik bagi investor asing.

Ketiga, Perry menilai cadangan devisa Indonesia yang tercatat mencapai US$137,3 miliar memadai untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menahan efek tapering oleh the Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper