Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Citibank Yakin 3 Faktor Ini Bakal Bikin Modal Asing Balik ke Negara Berkembang

Tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS), perlambatan sektor properti pada perekonomian China, dan outlook inflasi negara-negara berkembang akan menjadi faktor yang cukup dominan dalam menentukan keluar masuk aliran investasi asing.
Kantor Citibank di New York./Bloomberg - Mark Kauzlarich
Kantor Citibank di New York./Bloomberg - Mark Kauzlarich

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Citibank Helmi Arman mengungkap sejumlah faktor global yang akan memicu kembalinya arus modal asing ke pasar keuangan negara-negara berkembang, di antaranya Indonesia.

Helmi menyebut arus dana investasi asing ke pasar keuangan domestik, terutama pasar obligasi, saat ini relatif lemah. Hal ini sudah berlangsung selama sekitar dua tahun terjadinya pandemi Covid-19.

Helmi menyebut tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS), perlambatan sektor properti pada perekonomian China, dan outlook inflasi negara-negara berkembang akan menjadi faktor yang cukup dominan dalam menentukan keluar masuk aliran investasi asing.

"Perkiraan kami kalau memang nanti inflasi di Amerika sudah kelihatan puncaknya, dan juga sektor properti di Tiongkok sudah mulai stabil, arus dana global akan mulai kembali melirik negara-negara berkembang. Namun, kami perkirakan itu akan bertahap," jelas Helmi dalam acara Taklimat Media BKF, Kamis (10/2/2022).

Dia lalu menyampaikan bahwa modal asing akan lebih dulu melirik sejumlah negara berkembang yang sudah mengalami gelombang kenaikan inflasi dan suku bunga acuan. Helmi memprakirakan aliran modal global akan kembali masuk terlebih dahulu ke negara-negara berkembang di kawasan Amerika Latin dan Eropa Timur.

"Beberapa negara berkembang di kawasan Amerika Latin dan Eropa Timur, tahun lalu mereka sudah mengalami gelombang inflasi yang tinggi dan suku bunga acuannya sudah dinaikkan secara agresif," tuturnya.

Sementara itu, negara-negara berkembang di Asia akan mengalami kondisi yang berbeda. Helmi menyampaikan hingga saat ini siklus inflasi di negara-negara tersebut, seperti Indonesia, belum mencapai puncak tingkat inflasi.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2022 sebesar 2,18 persen (yoy). Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yakni 1,87 persen (yoy).

"Karena kapasitas produksi di negara-negara Asia juga kelihatannya relatif kuat, kami memprakirakan bahwa puncak inflasi di Asia kelihatannya akan jauh lebih rendah dari puncak inflasi di negara-negara berkembang pada kawasan lainnya," tambah Helmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper