Pemberdayaan Desa Devisa Bawa Gula Semut Banyumas ke Kanada

Gula kelapa Banyumas tembus pasar Kanada lewat ekspor perdana 11 ton berkat program Desa Devisa LPEI, dorong UMKM naik kelas dan buka lapangan kerja baru
Foto: Pemberdayaan Desa Devisa Bawa Gula Semut Banyumas ke Kanada
Foto: Pemberdayaan Desa Devisa Bawa Gula Semut Banyumas ke Kanada

Bisnis.com, BANYUMAS — Keberadaan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia memerlukan dukungan agar terus bertumbuh. Tak hanya dari sisi modal, sokongan berupa pendampingan dan pemberdayaan turut menjadi kunci agar produk UMKM dapat bersaing hingga kancah global.

Kawasan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menyimpan potensi ekonomi yang besar dari berbagai komoditas unggulan, salah satunya produk gula kelapa.

Melalui program Desa Devisa yang dimotori oleh Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), sinergi yang juga melibatkan masyarakat setempat dan pemangku kepentingan terkait memungkinkan pelaku UMKM naik kelas dengan merambah produk berorientasi ekspor.

Plt. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Gatot Eko Purwadi mencatat bahwa produk gula semut merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap portofolio ekspor di wilayahnya. Hal ini tecermin dari total nilai ekspor yang terus meningkat hingga tahun lalu.

Pemberdayaan Desa Devisa Bawa Gula Semut Banyumas ke Kanada

“Pada 2024, kita mencatat nilai ekspor kita sebesar US$92,52 juta. Kalau kita melihat, nilai ini banyak disumbang oleh komoditas kayu olahan, minyak atsiri, serta gula kelapa,” katanya dalam seremoni pelepasan ekspor gula kelapa di bilangan Desa Kalisalak, Selasa (1/7/2025).

Khusus untuk produk gula kelapa, pihaknya mendorong agar kapasitas produksi yang dihasilkan di setiap desa dapat terus meningkat dan berkontribusi terhadap perekonomian setempat.

Dalam pelepasan tersebut, Desa Devisa Gula Semut Banyumas baru memulai proses ekspor perdana total 11 ton gula kelapa ke Kanada. Nilai ekspor ke negara di kawasan Amerika Utara itu berkisar Rp400 juta.

Gatot lantas menggarisbawahi pentingnya peran program LPEI dalam memberikan pelatihan, pendampingan, dan bantuan sarana produksi kepada koperasi-koperasi penggerak. Harapannya, pelaku usaha di Kabupaten Banyumas yang berorientasi ekspor dapat terus bertambah.

“Semoga ini yang menjadi pemicu koperasi untuk lebih maju lagi dan lebih berkeinginan untuk melakukan kegiatan yang ekspansif, yaitu melakukan ekspor,” tuturnya.

Dari Kelompok Tani jadi Eksportir

Koperasi Berkah Sugar Mandiri menjadi salah satu wadah komunitas di Desa Kalisalak yang kemudian berkembang menjadi eksportir langsung melalui program Desa Devisa LPEI.

Anang Iqdam Baikuni selaku Ketua Koperasi Berkah Sugar Mandiri mengatakan bahwa usaha yang digelutinya telah berjalan sejak 2017. Kala itu, dia merintis dengan memasok produk gula semut maupun gula cetak kepada distributor di luar daerah dalam skala kecil.

Usaha itu terbilang berhasil hingga Koperasi Berkah Sugar Mandiri didirikan pada masa pandemi Covid-19, tepatnya 2021. Anang pun mulai meningkatkan skala pengiriman dan memperluas jangkauan produknya.

Program Desa Devisa mulai berjalan di Banyumas pada tahun 2023 dan menjadi titik balik dalam proses pengembangan ekspor komoditas Gula Semut. Seiring berjalannya waktu, upaya untuk menjajaki ekspor langsung semakin mantap berkat konsultasi intensif dengan mitra pendamping dari LPEI, Dita Anandito—seorang pakar ekspor sekaligus eksportir berpengalaman yang secara langsung membimbing pelaku usaha di Desa Devisa Gula Semut Banyumas.

LPEI turut memberikan dukungan nyata, termasuk pembiayaan pengiriman sampel produk kepada calon pembeli di luar negeri. Berkat pendampingan yang konsisten dan menyeluruh selama dua tahun, upaya ini akhirnya membuahkan hasil dengan terealisasinya ekspor perdana Gula Semut Banyumas sebanyak 11 ton ke Kanada.

“LPEI juga sudah memberikan bantuan alat produksi berupa kompor, oven, dan mesin pengayak gula semut itu dengan nominal Rp60 juta,” katanya kepada Tim Bisnis Indonesia Jelajah Ekspor 2025.

Dengan dukungan tersebut, Anang menyebut bahwa koperasinya memiliki kapasitas produksi gula kelapa sekitar 25 ton per bulan. Jumlah tersebut termasuk produk gula kelapa yang diolah petani untuk kemudian disetorkan ke koperasi.

Keterlibatan ekosistem sekitar tak hanya mencakup puluhan petani, melainkan juga pekerja koperasi yang saat ini mencapai 20 orang. Untuk setiap proses ekspor, serapan tenaga kerja turut menjangkau jasa pengemasan, seperti halnya ekspor ke Kanada kali ini yang membutuhkan tambahan 5 tenaga kerja baru.

Anang kemudian menjelaskan bahwa keunggulan produk gula semut khas Banyumas terletak pada proses pengolahan yang organik. Hal ini menjadi daya tarik calon pembeli dari negara lain yang mengutamakan mutu produk alami.

Menurutnya, proses pengolahan yang terus dijaga itu telah mengantarkan produk gula kelapa Banyumas ke pelbagai negara seperti Kanada, Singapura, Australia, hingga India. Dalam waktu dekat, pihaknya berencana mengirim produk baru ke kawasan Amerika Latin, sembari menunggu kesepakatan dengan calon pembeli.

“Ke depannya kami akan menjaga serta memberikan yang terbaik untuk produk kami, sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan juga untuk masyarakat dan pelaku usaha lainnya,” harap Anang.

Adapun, LPEI mencatat terdapat total 25 desa yang tergabung dalam Desa Devisa Kluster Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas.

Sekitar 370 tenaga kerja yang mengemban peran mulai dari petani hingga penyelesaian produk akhir dilibatkan dalam proses bisnis berbasis komunitas. Dari ratusan pekerja tersebut, sebanyak 60% di antaranya merupakan perempuan, mencerminkan inklusi masyarakat yang luas.

Secara total, Desa Devisa ini memiliki kapasitas produksi hingga 270 ton per tahun, yang mencakup produk gula semut, cetak, dan cair. Rerata harga jualnya mencapai Rp25.000 per kilogram

Kepala Divisi SME’s Advisory LPEI, Maria Sidabutar, menjelaskan bahwa Program Desa Devisa Gula Semut Banyumas merupakan upaya LPEI untuk mendorong komoditas unggulan Banyumas agar mampu bersaing di pasar global. Hal ini dilakukan melalui serangkaian program pendampingan dan pelatihan, baik kepada para penderes maupun koperasi, guna membangun ekosistem ekspor yang solid dan berkelanjutan.

“Pelepasan ekspor perdana merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh LPEI. Selama dua tahun, para penderes dan koperasi telah menerima pendampingan dan pelatihan secara konsisten dan intensif, hingga akhirnya mampu melakukan ekspor secara mandiri ke Kanada,” ujar Maria.

#JelajahEkspor2025

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper