Bisnis.com, JAKARTA - Upaya untuk memacu pembiayaan berkelanjutan atau sustainable loan oleh pelaku industri kian menguat di tengah rencana pemerintah meningkatkan investasi ekonomi hijau.
Industri perbankan nasional pun menjadi salah satu tulang punggung untuk pembiayaan. Bank-bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turut memberikan porsi besar pembiayaan berbasis lingkungan atau berkelanjutan.
Namun, kebutuhan untuk pembiayaan masih sangat besar. Hingga 2030, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kebutuhan dana perubahan iklim di Indonesia mencapai US$479 miliar, atau sekitar Rp6.700 triliun hingga 2030.
Sampai Desember 2021, penyaluran pinjaman berkelanjutan oleh industri keuangan mencapai US$55,9 miliar atau sekitar Rp802 triliun.
Adapun, realisasi obligasi hijau atau sustainability green bond pada tahun lalu mencapai US$2,26 miliar atau lebih kurang Rp32 triliun, dan blended finance untuk 55 proyek mencapai US$3,27 miliar atau sekitar Rp46 triliun.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Agus Edi Siregar menuturkan, kendati realisasi dari penyaluran pinjaman berkelanjutan memperlihatkan tren positif, masih banyak tantangan yang harus diselesaikan.