Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) akan kembali melaksanakan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham untuk penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat modal inti, sekaligus mendukung pengembangan usaha pada 2022.
Dalam prospektus yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia, Senin (21/3/2022), perseroan akan melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) VI sebanyak 5 miliar saham baru atas nama dengan nominal Rp100 tiap saham. Sejauh ini, perseroan belum menetapkan harga pelaksanaan rights issue.
“Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD VI, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk memperkuat modal inti, serta model kerja pengembangan usaha berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya,” tulis manajemen BBYB dalam prospektus.
Manajemen menyatakan bahwa aksi korporasi tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang digelar pada 28 Mei 2021. Sementara itu, perseroan menargetkan dapat mengantongi tanggal efektif rights issue pada 28 April 2022.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan, sempat mengatakan aksi penambahan modal melalui rights issue dilakukan seiring dengan pertumbuhan bisnis perseroan. Pada saat bersamaan, digitalisasi di Indonesia juga diperkirakan lebih masif di masa mendatang.
Dia menyebutkan bahwa aksi korporasi tersebut akan membidik dana sekitar Rp5 triliun. Sebanyak 50 persen hingga 60 persen dana dari rights issue bakal dialokasikan untuk investasi teknologi, sisanya diarahkan ke kegiatan operasional seperti marketing dan edukasi.
Baca Juga
Sementara itu, Head of Corporate Secretary Bank Neo Commerce, Agnes Fibri Triliana, menyatakan bahwa minat investor strategis di luar pemegang saham perseroan cukup tinggi. Oleh sebab itu, perseroan tetap membuka diri untuk bermitra dengan pihak mana pun.
“Pada dasarnya kami terbuka untuk bermitra dengan siapa saja, sejauh memiliki visi dan misi yang sama dalam pengembangan bank digital yang sehat di Indonesia dan untuk mencapai inklusi keuangan yang kita impikan bersama,” tuturnya saat ditemui di Jakarta awal 2022.
Berdasarkan daftar pemegang saham periode 25 Februari 2022, PT Akulaku Silvrr Indonesia tercatat menggenggam 25,28 persen saham BBYB, diikuti PT Gozco Capital sebesar 14,81 persen, Yellow Brick Enterprise Ltd. 5,17 persen, Rockcore Financial Technology Co. Ltd 6,12 persen, dan publik sebanyak 48,62 persen.
Sepanjang tahun 2021, BBYB merupakan emiten bank yang paling rajin melakukan rights issue. Berdasarkan data pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perseroan telah dua kali melakukan PUT IV serta V masing-masing pada 31 Mei dan 18 November 2021.
Pada rights issue pertama, BBYB mengantongi nilai emisi sebesar Rp249,82 miliar, sementara aksi kedua merengkuh Rp2,5 triliun. Direksi mengklaim bahwa rights issue BBYB sepanjang tahun lalu mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.