Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menilai para perkembangan pasar sekunder perumahan atau secondary mortgage perlu didorong untuk memutus kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) rumah.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat angka backlog rumah saat ini bertambah menjadi 12,75 juta. Padahal, sebelumnya sering disampaikan pemerintah bahwa angka backlog rumah mencapai 11,4 juta.
Direktur Utama LPPI, Mirza Adityaswara, mengatakan tingginya kebutuhan memiliki rumah, tidak seimbang dengan pendanaan yang ada untuk perumahan. Angka backlog perumahan juga terus meningkat, terutama dari permintaan perumahan untuk segmen menengah bawah.
Mirza menilai diperlukan adanya perputaran kredit dengan pasar yang sudah ada. Seperti praktek di negara maju, terdapat pasar yang memperjualbelikan kredit perumahan, yakni secondary mortgage.
“Di Indonesia, sejatinya sudah mulai ada ide tersebut [pasar secondary mortgage]. Ini sudah didorong, tetapi menurut kami belum berkembang dengan baik. Mungkin perlu pelonggaran regulasi, atau regulasi baru, atau bantuan dari berbagai stakeholders, kementerian atau lembaga, dan juga tentu dari perbankan dan lembaga pembiayaan,” kata Mirza.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki perusahaan yang menyediakan fasilitas pembiayaan sekunder perumahan, yakni SMF (Secondary Mortgage Facilities), dengan peran sebagai lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha di bidang pembiayaan sekunder perumahan.
Mirza menambahkan kebutuhan perumahan masih sangat besar, mengingat besarnya penduduk usia muda. Setiap tahunnya, kebutuhan untuk memiliki rumah selalu ada maka pendanaan perumahan menjadi kebutuhan besar di Indonesia.
Menurutnya, pendanaan dari perbankan untuk KPR, di satu sisi memerlukan dukungan pendanaan bagi bank, seperti tabungan, deposito, giro. Namun, belum sepenuhnya aman untuk memenuhi pendanaan KPR bagi masyarakat.
Dia menyebutkan sektor perbankan dalam menggerakan roda perekonomian Indonesia telah berkontribusi hingga 35 persen ke PDB Indonesia. Meski bukan yang terbesar, tetapi pembiayaan perbankan mendominasi penciptaan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Jadi kalau kredit perbankan itu menguasai 35 persen dari ekonomi Indonesia, maka sektor consumer loan itu sepertiganya, katakanlah 10-12 persen dari PDB Indonesia. KPR dalam kredit konsumer menjadi salah satu yang terbesar,” pungkasnya.