Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan di tengah pengetatan kebijakan moneter global.
Perry menjelaskan, tingkat inflasi domestik masih terkendali, dengan perkiraan inflasi sekitar 4,2 persen pada tahun ini.
Selain itu, tambahan subsidi energi yang diberikan pemerintah akan menghambat transmisi kenaikan harga komoditas global.
“Dengan inflasi yang masih rendah, kami tidak buru-buru menaikkan suku bunga acuan. Kami akan menjaga suku bunga rendah 3,5 persen sampai ada peningkatan inflasi secara fundamental,” katanya dalam acara Indonesia Economic Prospects Launch, Rabu (22/6/2022).
Perry menilai, tingkat inflasi pun akan kembali ke sasaran target BI sebesar 2 hingga 4 persen pada 2023.
Di sisi lain, BI telah melakukan pengetatan likuiditas, dengan menaikkan Giro Wajib Minimum) GWM rupiah untuk bank umum konvensional dari 5 persen menjadi 6 persen pada 1 Juni 2022.
BI kembali menetapkan kenaikan GWM menjadi sebesar 7,5 persen pada 1 Juli 2022 dan menjadi 9 persen mulai 1 September 2022.
BI memandang, perekonomian Indonesia masih akan melanjutkan pemulihan yang kuat, dengan kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen pada tahun ini, terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi.
Dari sisi eksternal, Perry juga optimistis defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan melanjutkan tren surplus atau mencatatkan defisit kecil pada tahun ini, didorong oleh kinerja ekspor yang kuat.