Bisnis.com, JAKARTA - PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) melaporkan mengalami penurunan laba yang dalam sepanjang semester I/2022. Perusahaan melaporkan membukukan laba Rp10 miliar dari posisi Rp90,21 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Atau dengan kata lain, dalam 6 bulan pertama tahun ini laba perusahaan anjlok 88,91 persen.
CFIN merupakan salah satu saham pilihan investor kawakan Lo Kheng Hong. Pelaku pasar modal yang dikenal dengan strategi sleeping investor ini per awal Juli 2022 tercatat memiliki saham CFIN sebanyak 5,16 persen. Sedangkan sisa sahamnya dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) dengan 51,49 persen, Fidelity Fd Sicav (8,23 persen), dan masyarakat (35,12 persen).
Laporan CFIN yang diterbitkan hari ini, Senin (25/7/2022), perusahaan tercatat mengalami penurunan pendapatan menjadi Rp714,19 miliar dari sebelumnya pada Juni 2021 lalu sebesar Rp779,82 miliar.
Jika diperinci, penurunan pendapatan ini disebabkan penurunan pendapatan pembiayaan konsumen dari Rp512,78 miliar menjadi Rp500,41 miliar. Saat yang sama, pendapatan bunga perusahaan juga turun dari Rp25,91 miliar menjadi Rp1,7 miliar. Sedangkan penurunan terdalam terjadi pada pos anjak piutang dari Rp56,78 miliar menjadi Rp355,2 juta.
Saat pendapatan menurun, beban perusahaan mengalami peningkatan. Tercatat, beban perusahaan melonjak dari Rp672,81 miliar menjadi Rp703,3 miliar.
Dalam laporan yang sama, aset CFIN juga tercatat turun tipis yakni dari Rp712,39 miliar menjadi Rp711,56 miliar.
Baca Juga
Penurunan aset ini terutama tertekan oleh membengkaknya cadangan kerugian penurunan nilai menjadi Rp80,77 miliar dari sebelumnya Rp1,16 miliar. Sedangkan ekuitas perusahaan saat ini tercatat sebesar Rp4,81 triliun. Tidak berbeda jauh dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,8 triliun.
CFIN Optimistis Laba Tumbuh
Direktur Utama Harjanto Tjitohardjojo menyebutkan pihaknya optimistis membukukan laba pada akhir 2022. "Target laba pada 2022 ini Rp144 milliar, kami pastikan tercapai," katanya kepada Bisnis.
Dia menyebutkan penurunan laba sepanjang semester I/2022 disebabkan perusahaan melakukan penambahan pencadangan. Perusahaan telah melakukan hapus buku sejumlah nasabah yang terkena dampak pandemi 2021.
"Ada juga penambahan pencadangan non otomotif. Pembiayaan yg lalu2 bermasalah," katanya.
Secara bersamaan, untuk memastikan laba terwujud dan proses bisnis semakin efisien, perusahaan juga melakukan investasi pengembangan sistem seperti sistem budgeting hingga verifikasi digital.
"Strategi [meumbuhkan laba] tetap kepada pertumbuhan pembiayaan otomotif," katanya.
Sementara itu, pada pertengahan Juli lalu, Harjanton menyebutkan total pembiayaan baru di semua lini bisnis CFIN menembus Rp3,27 triliun hingga semester I/2022.
"Apabila dibandingkan pembiayaan baru pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp1,37 triliun, artinya pertumbuhan kinerja CFIN mencapai 137 persen [year-on-year/yoy] secara tahunan," ujarnya ketika dikonfirmasi, Selasa (12/7/2022).
Secara terperinci, lini bisnis utama penopang pembiayaan baru anak usaha PT Bank Pan Indonesia Tbk (Panin Bank/PNBN) ini tampak bergeser dari mobil bekas menjadi mobil baru, dengan nilai masing-masing Rp1,38 triliun dan Rp1,72 triliun.
Sebagai perbandingan, pembiayaan mobil bekas pada paruh awal 2021 lalu senilai Rp739,5 miliar merupakan lini bisnis penyumbang porsi pembiayaan baru terbesar CFIN, karena lini bisnis pembiayaan mobil baru hanya Rp616,4 miliar.
Adapun, pembiayaan terkait alat berat juga naik dari Rp18,2 miliar pada semester I/2021 menjadi Rp151,6 miliar pada semester II/2022. Harjanto mengungkap bahwa pembiayaan alat berat tahun lalu begitu kecil, karena baru dimulai lagi pada Mei 2021 selepas pandemi Covid-19 mulai mereda.
“Terutama di mobil baru dan mobil bekas, tapi kami juga terbuka mengejar peluang pembiayaan alat berat, serta melayani kebutuhan debitur untuk refinancing atau pembiayaan multiguna beragun kendaraan," tambahnya.
Sebagai perbandingan, pembiayaan baru CFIN sepanjang periode 2021 mencapai Rp3,6 triliun. Pandemi Covid-19 sempat membawa kinerja pembiayaan CFIN hanya Rp2,38 triliun sepanjang tahun. Sementara pada kondisi normal seperti periode 2019, pembiayaan CFIN rata-rata mencapai Rp8,1 triliun.
Dari Redaksi
Berita ini ditambahkan penjelasan Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo pada pukul 20.55 WIB