Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan total nilai kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) secara tahunan tumbuh melambat pada kuartal II/2022 dibandingkan dengan kuartal I/2022.
Dalam Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dirilis Bank Indonesia yang dikutip hari ini, Kamis (18/8/2022) tercatat pertumbuhan total nilai kredit KPR dan KPA pada pertengahan 2022 sebesar 7,07 persen year-on-year (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang sebesar 10,61 persen (yoy).
Sementara itu, penyaluran KPR dan KPA secara triwulanan terpantau tumbuh negatif sebesar -0,62 persen (qtq), terkontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,20 persen (qtq)
Kemudian dari sisi pembiayaan properti residensial, pada kuartal II/2022 mayoritas pembelian properti residensial menggunakan skema pembiayaan KPR dengan pangsa pasar 74,97 persen, dari total pembiayaan. Porsi tersebut naik 543 bps dibandingkan dengan kuartal II/2021 yang saat itu pangsa pasar KPR sebesar 69,54 persen.
Sementara itu porsi pembelian properti yang berasal dari tunai bertahap sebesar 16,61 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 21,79 persen. Porsi pembelian secara tunai tidak banyak bergerak di posisi 8,42 persen.
Lebih lanjut, pada kuartal II/2022, pembiayaan non perbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama pembangunan properti residensial oleh pengembang, terindikasi dari sebesar 64,82 persen dari total kebutuhan modal pembangunan bersumber dari dana internal.
Sumber pembiayaan lainnya yang menjadi alternatif pengembang untuk pembangunan rumah primer antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing sebesar 21,29 persen dan 9,07 persen dari total modal.
Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (48,19 persen) diikuti modal disetor (46,96 persen).
SHPR juga menyebutkan pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada triwulan II/2022 tercatat sebesar Rp5,98 triliun atau tumbuh negatif -17,29 persen (yoy), lebih rendah dari 122,01 persen pada triwulan sebelumnya.
Sekadar informasi Survei Harga Properti Residensial (SHPR) merupakan survei triwulanan yang dilakukan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (developer) di 16 kota yaitu Jabodetabek dan Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado, Makassar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang, Medan, Batam dan Balikpapan.
Pada pelaksanaan SHPR triwulan I/2018 terdapat tambahan 2 kota yaitu kota Pekanbaru dan Samarinda sehingga total cakupan kota pelaksana SHPR menjadi 18 kota.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan bersangkutan serta perkiraan harga jual rumah pada triwulan berikutnya.
Mulai triwulan I/2018, metode penghitungan penjualan properti residensial dilakukan perubahan dari akumulasi penjualan menjadi penjualan pada triwulan survei.