Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CIMB Niaga (BNGA) Proyeksikan Kredti Kendaraan Listrik Masih Sepi Peminat

Saat ini mobil listrik paling murah adalah Wuling dengan banderol Rp238 juta.
Nasabah bertransaksi menggunakan Super App OCTO milik PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) di Jakarta, Rabu (19/1/2022). /Bisnis-Abdurachman
Nasabah bertransaksi menggunakan Super App OCTO milik PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) di Jakarta, Rabu (19/1/2022). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) memproyeksikan pertumbuhan kredit kepemilikan kendaraan listrik di Indonesia sangat kecil. Hal ini mengingat harga jual kendaraan yang tersedia di pasar masih terbilang mahal. 

Mobil listrik paling murah saat ini adalah Wuling Air EV yang dibanderol mulai dari harga Rp238 juta sampai dengan Rp311 juta, yang memiliki kapasitas empat orang. Mobil ini bisa dibilang mahal, karena dengan harga yang sama, konsumen otomotif bisa mendapatkan mobil tiga baris penumpang. 

Direktur Treasury & Capital Market CIMB Niaga John Simon menilai mahalnya harga kendaraan listrik akan membuat pembiayaan kendaraan listrik juga tidak akan tinggi. Untuk itu, dia berharap agar pemerintah ikut turun tangan dengan memberikan insentif pembiayaan kendaraan listrik. 

“Menurut saya, kecil [pertumbuhan kendaraan listrik]. Itu enggak sampai single digit, sekitar 4 persen, pasti kecil karena ini [pembiayaan kendaraan listrik] baru mulai,” kata John saat ditemui di Jakarta, Rabu (21/9/2022). 

Dia melanjutkan bahwa dengan adanya insentif yang diberikan pemerintah, maka masyarakat akan lebih dimudahkan. Di samping itu, biaya (cost) kendaraan listrik dari segi produksi juga lebih mahal dibandingkan dengan mobil konvensional. 

“Untuk negara dengan pajak kendaraan bermotor tinggi, seperti Indonesia, kalau pemerintah berani memangkas pajak kendaraan untuk hybrid, itu bisa lebih murah,” sambungnya. 

Adapun jika dilihat dari skala industri, John menilai pembiayaan kendaraan listrik juga tetap kecil karena keberadaan kendaraan ini baru masuk ke pasar. 

“Ini perlu bantuan dari pemerintah supaya saat kita membeli kendaraan listrik itu lebih mudah,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Indonesia juga berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim melalui Paris Agreement tentang perubahan iklim dengan telah menetapkan target nasional pengurangan emisi atau Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030, transisi menuju ekonomi rendah karbon, dan tujuan nol emisi (net zero) pada tahun 2060. 

Terpisah, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai tren kepemilikan kendaraan listrik memiliki prospek yang bagus, meski pertumbuhannya masih moderat hingga akhir 2022. 

Menurutnya, hal itu terjadi bukan karena hambatan atau kendala perbankan saat menyalurkan kredit, melainkan karena beberapa faktor. Pertama, mobil listrik belum banyak pilihan. Kedua, harga mobil listrik yang masih mahal. Ketiga, Amin menilai masyarakat belum sepenuhnya menyadari bahwa kendaraan listrik menjadi pilihan atau alternatif yang baik untuk kendaraan di Indonesia ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper