Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) tengah berfokus menjaga biaya dana atau cost of fund guna menahan laju peningkatan bunga pinjaman, di tengah tren kenaikan suku bunga acuan.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan emiten bank bersandi BBNI ini berfokus pada transaksi ritel dan wholesale agar biaya dana perseroan tetap terjaga.
“Kami coba berpikir keras agar bagaimana dalam situasi tren suku bunga yang naik ini, kami bisa menahan cost of fund agar kenaikannya tidak secepat naiknya suku bunga di pasar. Hal tersebut sudah kami antisipasi dari tahun lalu dan ini bagian dari strategi bisnis kami,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI, Selasa (27/9/2022).
Royke memaparkan bahwa untuk menjaga biaya dana, BBNI memiliki tiga produk yang diharapkan mampu mendorong tingkat transaksi nasabah. Ketiga produk itu adalah BNI Mobile Banking, BNIDirect, dan BNI Xpora.
BNI Mobile Banking, lanjutnya, ditujukan untuk membidik transaksi yang bersifat individual, sedangkan BNIDirect menyasar segmen korporasi. Adapun BNI Xpora dihadirkan untuk mendorong UMKM naik kelas secara global.
“Jadi, ini tiga platform yang menjadi produk champion untuk pertumbuhan ke depan, bukan semata untuk menyimpan atau deposit, tetapi lebih kepada bank untuk melakukan transaksi. Karena ini yang akan menahan laju cost of fund kami tidak secepat suku bunga pasar,” tuturnya.
Baca Juga
Sementara itu, CIMB Niaga juga berkomitmen memacu pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA) untuk menjaga pertumbuhan pembiayaan di tengah kondisi inflasi dan kenaikan suku bunga.
Dengan memaksimalkan penghimpunan dana dari tabungan dan giro tersebut, beban dana yang dipikul emiten bank berkode BNGA tersebut dapat semakin ringan, sehingga perusahaan dapat memberikan bunga yang kompetitif kepada nasabah.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan perseroan fokus menjaga beban dana tetap rendah ditengah kenaikan suku bunga acuan. Dengan strategi tersebut diharapkan bunga kredit perseroan masih dapat terjaga.
“Sejauh cost of fund dapat dimonitor walaupun dengan kenaikan suku bunga dari Bank Indonesia, kami belum berencana [menaikkan suku bunga] saat ini,” kata Lani.
Dia mengatakan BNGA akan terus melihat perkembangan pasar. Mekanisme kenaikan suku bunga biasanya terjadi seiring permintaan korporasi yang menginginkan bunga giro naik.
Alhasil, ketika bunga giro meningkat, beban perbankan secara simultan juga mengalami peningkatan sehingga mendorong bunga pinjaman atau kredit naik.
Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan mendorong peningkatan suku bunga di perbankan.
Adapun berdasarkan riset yang pernah dilakukan Doddy, suku bunga yang lebih dahulu naik adalah suku bunga simpanan, setelah itu baru suku bunga pinjaman.