Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) tercatat mengalami rugi bersih tahunan Rp350,15 miliar pada kuartal III/2022. Meski demikian, capaian ini turun 42 persen secara secara tahunan.
Merujuk laporan keuangan perusahaan, Senin (7/11/2022), susutnya kerugian yang dibukukan Bank QNB didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 26 persen secara tahunan menjadi Rp341,54 miliar.
Lainnya, emiten berkode saham BKSW juga mengalami penurunan beban bunga sebesar 25 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp298,03 miliar. Hal ini mengompensasi pendapatan bunga yang turun tipis 4 persen yoy menjadi Rp639,58 miliar
Meski mampu meningkatan NII, rugi tak mampu dihindari perseroan. Salah satu faktornya disebabkan oleh kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang naik 6 persen menjadi Rp563,24 miliar pada kuartal III/2022.
Hal ini membuat perseroan membukukan rugi operasional senilai Rp349,6 miliar. Jumlah ini menyusut 36 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp542,56 miliar. Setelah dikurangi pajak dan sebagainya, rugi bersih BKSW mencapai Rp350,15 miliar.
Sementara itu, BKSW turut mencatatkan penurunan penyaluran kredit. Hingga akhir September 2022, kredit perseroan mencapai Rp9,46 triliun atau turun 13 persen yoy. Hal ini mengakibatkan aset turun tipis 5 persen menjadi Rp15,96 triliun.
Baca Juga
Pada saat bersamaan, total dana pihak ketiga (DPK) juga turun 6 persen yoy menjadi Rp10,62 triliun. Penurunan ini disebabkan turunnya deposito yang menurun 9 persen yoy. Adapun dana murah (current account saving account/CASA) menjadi Rp2,15 triliun atau naik 10 persen yoy.
Sampai dengan kuartal III/2022, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BKSW mengalami penurunan baik secara gross maupun net. NPL gross tercatat turun 197 basis poin, sementara secar net turun dari 3,78 persen menuju 0,10 persen.
Adapun rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) mengalami kenaikan 78 basis poin menjadi 3,15 persen. Selaras dengan hal tersebut, biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun ke level 139,34 persen.