Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) membidik kenaikan pendapatan nonbunga serta menargetkan dana kelolaan sebesar Rp12 triliun, setelah resmi mendapat izin Otoritas Jasa Keuangan atau OJK sebagai kustodian pada 17 November lalu.
Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan status kustodian akan menambah layanan perseroan kepada nasabah yang akan berinvestasi di pasar modal. BTN berkomitmen memberikan layanan secara cepat dan akurat.
Menurutnya, prospek bisnis kustodian cukup menjanjikan seiring dengan tingginya minat investasi dan berkembangnya pasar modal Indonesia. Hal itu yang mendasari bank spesialis pembiayaan hunian tersebut terjun ke bisnis kustodian.
Nixon menyatakan BTN menargetkan dapat mengelola dana dari nasabah institusi yang menggunakan jasa kustodian sekitar Rp12 trilliun pada setahun pertama. Selain itu, bank juga membidik pertumbuhan pendapatan nonbunga.
“Dengan memperluas bisnis menjadi bank Kustodian, kami juga berharap ada peningkatan pendapatan bank di luar pendapatan dari bunga kredit atau fee based income, di mana jasa Kustodian berkontribusi sekitar Rp3,6 miliar pada tahun pertama dan dapat menembus Rp7 miliar dalam 5 tahun mendatang,” kata Nixon dalam siaran pers, Selasa (27/12/2022).
Dia menambahkan bahwa sebagai bank kustodian, emiten bersandi BBTN ini akan bersaing dengan 23 bank lain yang sudah lebih dahulu terjun ke bisnis jasa kustodian. Meski demikian, Nixon optimistis perseroan mampu bersaing lewat sejumlah strategi.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menyampaikan bahwa bergabungnya BBTN sebagai sebagai pemegang rekening KSEI diharapkan dapat mempermudah proses administrasi dan penyimpanan efek, sehingga mempermudah investor untuk berinvestasi.
Dia menyampaikan sampai dengan 16 Desember 2022, total jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai 10,24 juta investor atau tumbuh 36,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat investor individu lebih dari 99 persen.
Peningkatan juga terjadi dari sisi nilai aset yang tersimpan, yakni meningkat 15,8 persen dibandingkan dengan akhir 2021 menjadi 6.531 triliun pada 16 Desember 2022.