Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) masih akan terus melakukan pembersihan kredit macet atau kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) selama kurun 3 – 4 tahun ke depan dengan nominal kredit macet diperkirakan mencapai Rp10 triliun.
Deputy President Director KB Bukopin Robby Mondong menuturkan untuk mencapai status bank bersih, emiten bersandi saham BBKP ini akan membersihkan kredit bermasalah yang saat ini masih menghantui perusahaan.
“Kami berencana membersihkan sekitar Rp10 triliun [kredit macet], bisa melalui bulk sales atau penerbitan obligasi syariah atau sukuk,” ujar Robby dalam paparan publik, Rabu (28/12/2022).
Robby menjelaskan BBKP akan merombak sistem penilaian kredit, analisa keuangan, serta penilaian agunan guna meningkatkan kualitas kredit ke depan. Komunikasi antara perusahaan dengan komunitas pasar modal dan publik juga akan diperbaiki.
Dia menambahkan bahwa melalui kepercayaan yang telah diberikan oleh para pemegang saham, perseroan berkomitmen untuk membangun struktur permodalan, sumber daya manusia, dan transformasi digital yang kuat ke depan.
Adapun, pemegang saham pengendali Bukopin yakni KB Kookmin Bank Ltd telah menyuntikkan modal Rp12,4 triliun sejak masuk sebagai pemegang saham perseroan pada 2018.
Robby menuturkan Kookmin Bank, yang berasal dari Korea Selatan, masuk pertama kali sebagai pemegang saham Bukopin pada 2018 dengan mengakuisisi 22 persen saham.
Berselang setahun kemudian, Kookmin Bank resmi menjadi pemegang saham pengendali atau PSP dengan kepemilikan sebesar 67 persen. Semenjak menjadi PSP, Kookmin, memulai transformasi bisnis dan operasional di tubuh Bukopin secara komprehensif.
Komposisi pemegang saham Bukopin hingga akhir September 2022 dipegang oleh Kookmin Bank dengan kepemilikan 67 persen saham, diikuti oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebesar 1,53 persen, dan publik menggenggam 31,47 persen saham.
Terpisah, Direktur KB Bukopin Seng Hyup Shin menuturkan bahwa tahun depan, perseroan telah menargetkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dapat mencapai di bawah 5 persen dan rasio loan at risk (LAR) di bawah 20 persen.
Sampai dengan kuartal III/2022, perseroan mencatatkan NPL gross sebesar 8,63 persen dan secara net 4,89 persen. Adapun posisi LAR berada di angka 52,8 persen.