Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dear Gen Z dan Milenial! Simak Tips Agar Tak Terjerat Paylater

Berikut ini sejumlah tips agar terhindar dari ketergantungan penggunaan paylater akibat perilaku konsumtif.
Ilustrasi wanita sedang berbelanja di situs online menggunakan skema pembayaran paylater./ Dok. Freepik.
Ilustrasi wanita sedang berbelanja di situs online menggunakan skema pembayaran paylater./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom membeberkan sejumlah langkah untuk menghindari dari ketergantungan penggunaan produk paylater di kalangan generasi milenial. Pasalnya, paylater cenderung digunakan untuk kebutuhan konsumtif dan memicu perilaku boros di generasi muda. 

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kunci utama agar terbebas dari jeratan paylater adalah dengan edukasi yang konsisten. Edukasi ini bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, komunitas, dan influencer.

Merujuk hasil studi Celios, Bhima menyampaikan tujuh dari 10 investor ritel mengandalkan influencer untuk mempengaruhi keputusan keuangannya.

“Jadi ada korelasi antara era media sosial yang terus meningkat dengan pengaruh informasi yang diterima oleh gen Z dan milenial,” ungkap Bhima kepada Bisnis, Selasa (22/8/2023).

Menurut Bhima, salah satu konten yang perlu diperbanyak di antaranya terkait tanggung jawab sebagai peminjam, membaca detail konsekuensi pinjaman, membandingkan bunga dan denda antar platform, hingga memahami bahwa pinjaman diarahkan untuk hal yang produktif bukan semata gaya hidup.

Bhima mengungkapkan generasi muda tertarik menggunakan paylater karena proses cepat, terintegrasi dengan platform yang biasa digunakan (ride hailing-food deliver), dan masifnya pemasaran paylater di berbagai kanal. 

Terlebih, minat masyarakat menggunakan paylater justru menjadi kekhawatiran adanya risiko jangka panjang terkait dengan ketergantungan pada utang.

“Selain itu, karena paylater cenderung untuk kebutuhan konsumtif maka memicu perilaku boros di generasi muda. Sebagian juga terjerat paylater karena ketidaktahuan terhadap konsekuensi pinjaman, yang akhirnya menyesal,” ujarnya.

Bhima juga menyayangkan generasi muda yang mencoba menggunakan paylater dan menunggak yang berimbas pada tidak bisa mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) di masa depan.

“Agak lucu juga kalau coba-coba paylater kemudian menunggak Rp300.000 dan tidak bisa mengajukan pinjaman KPR karena masuk blacklist di SLIK OJK,” imbuhnya.

Bhima memandang pemain buy now pay later (BNPL) memiliki andil besar dalam memastikan calon debitur punya credit scoring yang baik, kemudian memberikan literasi keuangan sebelum menawarkan produknya.

“Kalau perlu sebelum pengajuan paylater harus ada persetujuan dalam bentuk suara, bukan hanya klik saja,” katanya.

Dia mencontohkan, pada saat di bagian syarat dan persetujuan pinjaman beserta jatuh tempo, perlu adanya tambahan rekaman persetujuan seperti yang terjadi pada proses penjualan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked.

“Pada waktu pengucapan itu ada rasa tanggung jawab, ini sebagai salah satu cara untuk membuat orang nggak gampang apply paylater, tapi juga ada konsekuensi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper