Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Penyaluran Kredit Batu Bara di Tengah Revisi Taksonomi Hijau

Penyesuaian dan pembaruan terhadap Taksonomi Hijau dilakukan seiring dengan adanya perkembangan yang terjadi di kawasan maupun internasional.
Alat berat membersihkan area penimbunan batu bara./ Bloomberg - Nicolo Filippo Rosso
Alat berat membersihkan area penimbunan batu bara./ Bloomberg - Nicolo Filippo Rosso

Bisnis.com, JAKARTA - Transisi energi menjadi salah satu pembahasan krusial selama beberapa waktu ke belakang.

Teranyar, pembahasan revisi taksonomi hijau Indonesia (THI) yang sedang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara cepat ataupun lambat akan menentukan langkah perbankan dalam memacu portofolio kredit hijau atau pembiayaan ramah lingkungan ke depan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan kini regulator juga sedang mengambil langkah proaktif dalam mengevaluasi apakah penggunaan energi dari PLTU batu bara dalam produksi baterai hingga kendaraan listrik sebagai bagian dari pendekatan berbasis hijau dan berkelanjutan atau tidak.

“Karena pada gilirannya, kita lihat hasil akhir dari suatu rantai pasok, sekiranya hal [PLTU batu bara] tadi memberikan dampak positif yang lebih besar, maka terdapat kemungkinan perhitungan secara satu kesatuan integrasi rantai pasok [baik dari produksi hulu ke hilirnya] bisa dianggap hijau,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Hasil RDK OJK Agustus 2023 pada Selasa (8/6/2023).

Sebagai informasi, penyesuaian dan pembaruan terhadap regulasi ini memang dilakukan seiring dengan adanya perkembangan yang terjadi di kawasan maupun internasional. Apabila, jika percepatan pengakhiran PLTU batu bara umumnya terkait dengan pembangunan pembangkit listrik energi baru atau terbarukan.

Taksonomi Hijau sendiri berfungsi memberikan pemahaman dan panduan bagi lembaga keuangan dalam mengklasifikasi aktivitas hijau agar memudahkan perusahaan keuangan memastikan proyek yang dibiayai memberikan dampak baik terhadap lingkungan ataupun sebaliknya.

Sejauh ini, ASEAN Taxonomy Board (ATB) pun telah menyetujui secara terpisah pengakhiran dini dari PLTU bisa dianggap hijau sekalipun tidak dikaitkan dengan pembangunan pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan.

“Jadi, proses revisi terkait dengan PLTU batu bara early retirement project yang berdiri sendiri tanpa terkait renewable energy yang harus dibangun itu sudah dinyatakan hijau, dan ini akan dituangkan lebih lanjut dalam taksonomi hijau sustainable finance Indonesia yang merevisi dari THI saat ini," jelas Mahendra.

Jika dilihat berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis OJK, kredit untuk industri pertambangan dan penggalian mencapai Rp256,41 miliar pada Mei 2023, angka ini naik dari yang sebelumnya Rp187,43 miliar secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sementara jika dilihat secara bulanan, tercatat sejak Januari mencapai Rp220,96 miliar, lalu Februari Rp230,13 miliar, disusul Maret Rp237,22 miliar dan terakhir April 2023 mencapai Rp232,25 miliar.

Seiring dengan perkembangan ini, jika melihat pendekatan yang diambil oleh berbagai bank terhadap sektor batu bara dalam konteks keberlanjutan pun cukup bervariasi.

Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mencatat komposisi kredit perseroan untuk sektor batu bara sangatlah kecil. Per Juni 2023, porsi kredit batu bara hanya sebesar 0,4 persen dari Rp735,9 triliun total kredit yang disalurkan perseroan. Pembiayaan ini pun dilakukan dalam rangka mendukung penyediaan pasokan listrik bagi masyarakat.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyebut sebagai bagian dari perbankan nasional pada prinsipnya mendukung berbagai kebijakan pemerintah, regulator, serta otoritas perbankan dalam rangka percepatan transisi energi serta pencapaian target penurunan emisi karbon di Indonesia.

“Kami terus mendorong portofolio kredit keuangan berkelanjutan [sustainable finance]. Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 6,9 persen year-on-year mencapai Rp181 triliun di Juni 2023, berkontribusi hingga 24,3 persen terhadap total portofolio pembiayaan BCA,” sebutnya pada Bisnis beberapa waktu lalu.

Pembiayaan berkelanjutan BCA salah satunya mengalir ke sektor energi terbarukan sektor kelistrikan. Tercatat total kapasitas energi yang dihasilkan mencapai 210 MW.

Mulai dari, Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), hingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper