Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Para Bankir Bicara Kondisi Suku Bunga Kredit, Bisa Turun?

Sejumlah bankir Tanah Air memberikan penjelasan mengenai kondisi suku bunga kredit terkini. Apakah ada peluang untuk turun?
Ilustrasi suku bunga perbankan./ Dok. Freepik.
Ilustrasi suku bunga perbankan./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perbankan Tanah Air belum menurunkan suku bunga kredit di tengah keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan delapan bulan berturut-turut.

Jika menilik laporan Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI) yang dirilis pada Senin (25/9/2023), rata-rata tertimbang suku bunga kredit bank sebesar 9,34 persen pada Agustus 202, turun tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 9,35 persen. 

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), misalnya, memilih untuk terus mempertahankan suku bunga kredit. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan saat ini perbankan terus menjaga suku bunga kreditnya tetap stabil, kecuali jika suku bunga acuan turun.

“Suku bunganya BI itu menjadi benchmark dan margin itu akan ter-stay, [kami] enggak akan turun, kecuali benchmark rate-nya turun,” ujarnya di sela acara Soft Launching ATM Link, Selasa (26/9/2023). 

Bank Mandiri mematok SBDK berkisar di 7,30 persen hingga 11,30 persen. Jika dirinci, per Agustus 2023, SBDK kredit korporasi sebesar 8,05 persen. Lalu kredit ritel 8,30 persen, kredit mikro 11,30 persen, kredit konsumsi KPR 7,30 persen dan kredit konsumsi non KPR 8,80 persen. 

Sementara itu Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan suku bunga kredit terjadi kenaikan. Meski begitu, dirinya tak merinci lebih lanjut soal kenaikan tersebut. “Enggak ada penurunan, yang ada malah naik,” ucapnya.

Tercatat, per Agustus 2023 SBDK kredit korporasi BNI ada di level 8,05 persen, lalu kredit ritel 8,30, kredit konsumsi KPR 7,30, dan kredit konsumsi nonKPR 8,80 persen. 

Jika dibandingkan secara tahunan (year-on-year/yoy) SBDK per Agustus 2022 mencatat kredit korporasi BNI berada di level 8 persen, kredit ritel 8,25 persen, kredit konsumsi KPR 7,25 persen dan kredit konsumsi nonKPR 8,75 persen. 

Selanjutnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon Napitulu yang menyebut pihaknya belum pernah menaikkan bunga. 

“Bunga kredit sekarang? Masih sama belum pernah naikin bunga,” katanya pada awak media, Selasa (26/9/2023). 

Adapun, per Agustus 2023, BBTN mematok kredit korporasi sebesar 8,05 persen, kredit ritel 8,30 persen, kredit konsumsi KPR 7,30 persen dan kredit konsumsi nonKPR 8,80 persen.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah menyatakan suka bunga kredit biasanya diputuskan komite kredit secara case by case.

“Semakin rendah resiko nya, demikian juga suku bunganya. Tapi kalau resiko dianggap lebih tinggi, suku bunga yang diberikan juga lebih tinggi,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (26/9/2023).

Sejauh ini, tercatat SBDK Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) per Agustus 2023, mencatat kredit korporasi berada di level 7 persen, lalu kredit ritel 11,25 persen. Tak hanya itu, DNAR mematok kredit mikro sebesar 12,25 persen, kredit konsumsi KPR 9,75  persen dan kredit konsumsi non KPR 11,25 persen. 

Di sisi lain, Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah menilai hasil agregat yang tertuang dalam Analisis Uang Beredar Bank Indonesia, yang mencatatkan suku bunga kredit secara keseluruhan turun, ini seharusnya perlu ditelisik lebih dalam, lantaran ada banyak variasi di antara bank-bank individu, terutama dalam kelompok bank kecil.

Dirinya pun menilai kondisi penurunan ini terjadi, karena meskipun beberapa bank kecil mungkin menurunkan suku bunga kredit mereka, tetapi tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank kecil tersebut masih tinggi dibandingkan dengan bank-bank besar.

“Ketika kita melihat data secara agregat atau total dari semua bank, termasuk baik bank besar maupun bank kecil, kita mungkin melihat bahwa suku bunga kredit secara keseluruhan tampaknya mengalami penurunan.” ucapnya pada Bisnis, Selasa (26/9/2023).

Pertama-tama, dia mengingatkan suku bunga tidak hanya berasal dari satu sumber, tetapi ada banyak jenis suku bunga yang berlaku, seperti Suku Bunga Dasar Kredit (SDBK) dan suku bunga antara bank dengan nasabah yang berbeda-beda. 

Setiap bank juga memiliki kebijakan yang berbeda dalam menentukan suku bunga kreditnya. “Bank biasanya tidak pernah menurunkan suku bunga [kredit], kalaupun dia menurunkan suku bunga itu case by case, siapa nasabahnya, bagaimana risikonya, kalaupun dia minta turun [suku bunga], ini dicek lagi,” katanya.

Bagi Piter, bank KBMI IV alias bank besar cenderung mempertahankan rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dengan menahan suku bunga kredit tinggi dan suku bunga deposito.

Sementara, bank menengah hingga kecil, kemungkinan besar menaikkan suku bunga deposito dan menurunkan suku bunga kredit untuk bersaing di pasar.

Lebih lanjut, dia menuturkan perbedaan perilaku antara kelompok bank besar dan bank kecil adalah soal kondisi likuditas. 

Di mana, bank besar memiliki likuiditas yang lebih longgar, yang artinya mereka memiliki cukup sumber dana untuk operasional mereka tanpa perlu bersaing keras untuk mendapatkan dana tambahan dari nasabah. 

Sementara itu, bank kecil alias KBMI I memiliki likuiditas ketat, yang berarti mereka perlu bersaing lebih keras untuk mendapatkan dana.

“Satu-satunya sumber penerimaan bank kecil itu menyalurkan kredit, karena fee based income mereka kecil dan mereka tidak bisa bermain di pasar uang karena cost of fund tinggi,” ucapnya. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper