Bisnis.com, JAKARTA — PT BCA Finance menyatakan sepakat bahwa sektor multifinance nasional tengah menghadapi tekanan berat di tengah ketidakpastian ekonomi global yang diperkirakan masih berlanjut hingga 2025.
Pernyataan ini merespons penilaian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan industri pembiayaan nasional mulai melambat, setelah sebelumnya mampu mencatatkan kinerja dobel digit.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyatakan bahwa sektor multifinance kini mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi hanya single digit. Bahkan, hingga April 2025, laju pertumbuhan itu terus menurun ke level single digit yang lebih rendah
Presiden Direktur BCA Finance Petrus Santoso Karim mengatakan bahwa perusahaan memandang penting untuk terus mengedepankan prinsip kehati-hatian di tengah situasi yang menantang.
“Prinsipnya kami sependapat bahwa situasi ekonomi kita sedang kurang baik, sehingga kita semua harus lebih hati-hati dalam semangat pertumbuhan yang lebih baik. Kondisi ini diharapkan tidak berlangsung terlalu lama, tetapi tetap saja harus diantisipasi dengan baik dan tidak panik,” kata Petrus saat dihubungi Bisnis pada Minggu (4/5/2025).
Lebih lanjut, Petrus menekankan bahwa BCA Finance terus menjalankan manajemen risiko secara disiplin untuk menjaga kualitas aset tetap sehat.
Baca Juga
“Prinsip kehati-hatian yang dijalankan tetap berpegang pada pola manajemen risiko yang sesuai, sehingga diharapkan perusahaan bisa menciptakan portofolio yang sesuai dengan risk appetite yang disepakati,” tuturnya.
BCA Finance masih membukukan pertumbuhan aset yang signifikan. Hingga akhir 2024, perusahaan mencatatkan total aset sebesar Rp10,99 triliun, naik 22,98% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp8,93 triliun pada akhir 2023.
Pertumbuhan ini ditopang oleh langkah strategis perusahaan, yakni penggabungan usaha dengan PT BCA Multi Finance yang efektif berlaku pada 1 September 2024.
Berdasarkan Akta Nomor 135 tertanggal 15 Agustus 2024 yang dibuat di hadapan Notaris Christina Dwi Utami, hasil penggabungan tersebut menghasilkan modal dasar sebesar 300 juta saham dengan nilai nominal Rp3 triliun.
Dari jumlah tersebut, total modal ditempatkan dan disetor menjadi 104.296.119 saham. Kepemilikan saham terbesar dipegang oleh PT Bank Central Asia sebanyak 103.872.044 saham, sementara BCA Finance Limited menguasai 424.075 saham.
Secara keseluruhan, OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh sebanyak 5,92% YoY menjadi Rp507,02 triliun per Februari 2025. Angka tersebut mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan Januari 2025 di mana piutang tumbuh 6,04% YoY.
Adapun pertumbuhan piutang per Februari didukung oleh pembiayaan investasi yang tumbuh sebesar 12,98% YoY. Sementara profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio Non Performing Financing (NPF) gross tercatat turun menjadi 2,87%, di mana per Januari 2025 yakni 2,96%.
Di sisi lain, NPF net 0,92% per Februari 2025, sedangkan per Januari 2025 yakni 0,93%. Gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,20 kali per Februrari 2025, di mana per Januari 2025 yakni 2,21 kali. Angka tersebut masih berada di bawah batas maksimum sebesar 10 kali.