Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Proyeksi Inflasi 2024 Naik ke 3,2%, Dua Sektor jadi Beban

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Indonesia pada 2024 terkerek harga energi dan pangan global.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta./Bisnis
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA –– Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan inflasi pada 2024 naik lebih tinggi. Inflasi ini naik di tingkat global maupun domestik.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa laju inflasi global memang mencatatkan tren penurunan, tapi masih berada pada level yang tinggi, di mana pada kuartal III/2023 tercatat sebesar 5,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada kuartal IV/2023, inflasi global diperkirakan hanya turun tipis menjadi sebesar 5,1% yoy.

“Tahun depan juga akan turun, tapi masih lebih tinggi dari level 3% atau mencapai 3,8%,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (13/11/2023).

Perry mengatakan, tingginya inflasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan akibat ketegangan geopolitik.

Bank Indonesia meramal inflasi dunia baru akan mulai menurun pada paruh kedua 2024, meski negara maju terus melakukan pengetatan moneter yang lebih agresif. 

Di dalam negeri, Perry mengatakan bahwa laju inflasi turun dan terkendali lebih cepat dari yang diperkirakan.

Pada kuartal II/2923 inflasi di dalam negeri telah turun ke level 2,28% secara tahunan dan diperkirakan naik tipis pada kuartal IV/2023 menjadi sebesar 2,56%.

Dengan perkiraan tersebut, Perry optimistis tingkat inflasi Indonesia pada akhir tahun akan mencapai 2,84%, terkendali dalam sasaran 2%-4%.

Sementara pada 2024, tingkat inflasi diperkirakan meningkat menjadi sebesar 3,20% dalam rencana anggaran tahunan BI (RATBI).  Proyeksi tersebut lebih tinggi dari proyeksi inflasi 2023.

“Kami perkirakan tahun depan juga masih akan terkendali meskipun agak sedikit meningkat karena memang harga energi dan pangan global, tapi masih terkendali dalam kisaran 2,5% plus minus 1%,” jelasnya.

Perry menambahkan, BI akan memastikan kebijakan moneter, baik suku bunga maupun nilai tukar mendukung terkendalinya inflasi, termasuk imported inflation.

Selain itu, koordinasi BI dan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), serta melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) akan diperkuat dan didukung oleh 46 kantor perwakilan BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper