Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) telah memiliki sejumlah tameng untuk menjaga nilai tukar rupiah, seperti Devisa Hasil Ekspor (DHE), Sekuritas Rupiah BI, sekuritas valuta asing BI (SVBI), dan sukuk valuta asing BI (SUVBI).
Nyatanya, cadangan devisa RI tetap terkuras dalam tiga bulan terakhir untuk menjaga rupiah agak tidak longsor.
Posisi cadangan devisa Bank Indonesia per Oktober 2023 tercatat senilai US$133,1 miliar, atau turun dari posisi September US$134,9 miliar. Artinya, BI telah menyalurkan cadangan devisa sekitar US$1,8 miliar untuk menahan nilai tukar rupiah agar tak anjlok.
Kepala Ekonom Bank Pertama Josua Pardede mengungkapkan hadirnya instrumen penjaga rupiah melalui term deposit (TD) valas DHE sudah cukup membantu karena menawarkan return yang kompetitif sehingga banyak yang kembali menempatkan dananya di dalam negeri.Alhasil, cadangan devisa pun tak terkuras lebih banyak.
Pada dasarnya, TD valas DHE memang menawarkan tenor jangka pendek yakni, 1, 3, dan 6 bulan sehingga tidak akan mengganggu aturan kebebasan aliran dana pada pasar keuangan.
Dalam implementasinya, Josua melihat saat ini banyak eksportir yang melebarkan tenornya semula 1 bulan, menjadi 3 bulan.
Baca Juga
“Artinya penempatan dana di dalam negeri cenderung lebih lama sehingga dapat menstabilkan posisi cadangan devisa dan Rupiah,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/12/2023).
Josua menyampaikan bahwa kebijakan tenor yang lebih lama justru akan menjadi bumerang. Di mana pasar melihat aturan ini sebagai ancaman bagi kelancaran aliran dana pada pasar keuangan yang akan menyebabkan capital outflow dan mengganggu stabilitas rupiah.
“Jadi kami melihat kebijakan TD valas DHE sudah cukup baik dalam menjaga stabilitas rupiah mengingat kompleksitas pasar keuangan,” jelas Josua.
Di sisi lain, instrumen menjaga stabilitas rupiah termasuk SRBI, SVBI, dan SUVBI belum dapat dilihat keefektifannya karena belum melewati masa tiga bulan sejak diluncurkan.
“Meski demikian, diirnya melihat ketiga instrumen tersebut ke depan mampu memberikan kontribusi dalam menjaga stabilitas rupiah karena underlying-nya adalah SBN dimana outlook ekonomi Indonesia positif, inflasi terjaga, dan kondisi fiskal yang sehat. Jadi ke depan akan mampu menarik inflow,” katanya.
DHE Belum Optimal
Per 2 November 2023, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa kebijakan DHE masih belum optimal dalam 3 bulan pertama masa evaluasi. Tercatat masih ada US$8 miliar devisa yang parkir di luar negeri.
Untuk itu, pemerintah akan memperpanjang masa evaluasi untuk tiga bulan ke depan untuk mendorong tingkat kepatuhan pelaku usaha. Sementara tampaknya rencana sanksi pemblokiran belum akan diberlakukan.
“Sanksi urusan kedua, yang penting compliance [kepatuhan] dulu,” kata Airlangga usai menghadiri Peluncuran Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital, Rabu (6/12/2023).
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro melihat bahwa penempatan DHE SDA sudah mulai naik secara perlahan.
“Penempatan pada DHE SDA perlahan sudah mulai naik, bahkan sudah mulai mendekati potensi DHE SDA yang dihitung BI sekitar US$4 miliar – US$5 miliar,” jelasnya.
Untuk segala kebijakan moneter penjaga rupiah, Asmo menilai sangat positif untuk memastikanbahwa likuiditas valas domestik terbantu kala terjadi tekanan di pasar valas.