Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Bisnis dan Saham Bank Digital (AGRO, ARTO, BBHI, Hingga BBYB) di Tahun Naga Kayu

Harga saham bank digital dan kinerja perusahaan pada 2024 alias tahun naga kayu pada kalender China akan ditentukan dari ekosistem yang dimiliki.
Arlina Laras, Fahmi Ahmad Burhan
Senin, 18 Desember 2023 | 08:03
Karyawan beraktivitas di kantor cabang PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktivitas di kantor cabang PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA -- Naik turun kinerja terjadi pada perbankan yang berfokus memberi layanan dengan minimum kantor cabang. Fluktuasi kinerja ini baik dari sisi harga saham maupun kinerja keuangan. Bagaimana prospek bank digital pada 2024 mendatang yang bersamaan dengan tahun naga kayu dalam kalender Imlek.

Harga saham emiten bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) hingga PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) kompak loyo usai menguat dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data RTI Business, harga saham ARTO turun 2,73% pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (15/12/2023) dan terparkir di level Rp3.210. Meski demikian, harga saham ARTO naik 0,94% jika ditarik dalam sepekan terakhir. 

Lalu, harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) ikut turun 2,06%, ke level Rp476. Meski dalam sepekan harga saham melonjak 35,23%, sayangnya, jika ditarik sejak awal tahun hingga pertengahan Desember 2023 atau secara year–to–date (ytd), harga saham emiten bank digital ini masih dalam tren turun 26,20%

Penurunan ini pun diikuti oleh PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) yang terkoreksi dalam 24 jam terakhir menjadi 0,62% ke level Rp320 dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) turun 3,47% ke level Rp334.

Harga saham emiten bank digital milik Chairul Tanjung yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) juga mengalami penurunan saham 6,62%, turun 95 basis poin ke level Rp1.340.

Sementara itu, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) terparkir secara stagnan di level Rp1.135 pada penutupan perdagangan Jumat (15/12/2023).

Dilansir dari Bloomberg, J.P Morgan menilai kesepakatan antara GOTO dan TikTok telah membangun optimisme signifikan untuk ARTO. Berdasarkan konsensus analis Bloomberg Rabu (13/12/2023), 11 dari 17 analis yang mengulas saham ARTO masih menyematkan rekomendasi beli. Sisanya, 4 analis hold dan 2 analis jual. 

Meski begitu, sepanjang tahun berjalan atau secara year to date (ytd), harga saham ARTO hingga BBHI tetap kompak di zona merah. Harga saham ARTO turun 13,71% ytd, BBYB turun 26,2% ytd, BANK turun 19,79% ytd, AGRO terkoreksi 17,33% serta BBHI merosot 24,08% ytd. 

Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta menyebut hampir semua saham bank digital sedang mengalami bearish consolidation alias downtrend, termasuk BBHI, BBYB, AGRO, AMAR hingga BANK.

Meski begitu, menurutnya saat ini semua bank digital perlu berjuang keras dalam menghadapi persaingan yang ketat. Apalagi, mengingat bank jumbo alias KBMI IV terus mengoptimalkan digitalisasi dalam menawarkan produk hingga layanannya. 

“Setidaknya begini, untuk likuiditas relatif bank KBMI IV ini masih unggul, bahkan rasio kredit bermasalah nonperforming loan masih rendah jika dibanding bank digital. Apalagi bank KBMI IV itu punya mitigasi risiko yang sudah diterapkan dengan baik dan efektif,” ujarnya pada Bisnis beberapa waktu lalu.

Bank Digital Butuh Ekosistem untuk Laba

Semetara itu, pemain bank digital terus bermunculan. Maka untuk memenangkan persaingan, dibutuhkan kolaborasi ekosistem yang kuat. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pada 2024 peta persaingan bank digital akan semakin ketat seiring masuknya pemain-pemain baru tahun ini. Tren yang terjadi pada tahun depan bukan lagi lahirnya bank-bank digital baru, tapi akan marak aksi akuisisi, merger, atau konsolidasi.

"Bank digital akan menghadapi kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan kondisi likuiditas bank yang masih ketat," tuturnya kepada Bisnis pada Kamis (14/12/2023).

Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga mengatakan prospek bank digital memang besar. Namun, ekosistem menjadi penentu.

“Jadi yang dijual itu adalah ekosistemnya. Kalau produknya sebagus apa pun tapi tidak mempunyai ekosistem, akan sulit bagi perkembangan bank digital tersebut,” ujar Nico Demus kepada Bisnis.

Bank digital memang relatif mengandalkan ekosistem pemilik atau induknya yang besar. Tahun ini, sederet bank digital meluncur dengan menggandeng ekosistemnya masing-masing. 

Terbaru, PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) meluncurkan layanan bank digital bernama Bank Saqu dengan mengandalkan ekosistem PT Astra International Tbk (ASII). "Ini jadi milestone penting hadirkan layanan perbankan digital, setelah sebelumnya Astra masuk ke BJJ pada September 2022 lalu," kata Direktur Astra sekaligus Director-in-Charge Astra Financial, Suparno Djasmin dalam acara peluncuran Bank Saqu pada bulan lalu (20/11/2023).

Superno mengatakan Bank Saqu memang akan mengandalkan cakupan ekosistemnya yang luas, baik offline maupun online di Astra. "Bank Saqu akan mendukung, melengkapi dan memperkuat ekosistem jasa keuangan Grup Astra, serta mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia," ujar Suparno.

Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta, Leo Koesmanto juga mengatakan integrasi layanan perbankan dengan ekosistem Astra akan dilakukan BJJ. Astra sendiri merupakan perusahaan yang memiliki lebih dari 200 anak usaha, baik perusahaan asosiasi maupun pengendalian bersama entitas. Lini bisnis Astra meluas dari mulai otomotif hingga teknologi informasi.

Di bisnis keuangan, Astra juga memiliki Astra Financial. Berderet sejumlah produk dari Astra Financial seperti FIFGROUP, Astra Life, Astra Ventura, hingga AstraPay.

Sebelum Bank Saqu, sejumlah bank digital lainnya juga bermunculan tahun ini. Hibank yang sebelumnya bernama PT Bank Mayora masuk ke industri bank digital dengan berfokus pada segmen UMKM. Hibank sendiri merupakan bank digital besutan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Kemudian, Superbank yang sebelumnya bernama PT Bank Fama International Tbk. mengandalkan ekosistem Grup Emtek, Grab, hingga Singtel.

Emtek menggenggam kepemilikan di Superbank dengan porsi 34,75%. Adapun, Emtek Group memiliki ekosistem digital di Bukalapak, OVO, hingga Grab.

Selain Emtek, pemegang saham Superbank lainnya adalah A5-DB-Holdings 7,13% dan Singtel 19,02%. Superbank juga mendapatkan suntikan modal dari KakaoBank melalui penerbitan saham baru sebanyak 10%.

Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan saat ini Superbank akan berkonsentrasi pada integrasi layanan dengan ekosistem yang luas di pemegang sahamnya.

"Ekosistem dari Grab dengan GrabMerchant, OVO, ada dari Emtek dan anak-anak perusahaannya akan terintegrasi ke depannya. Kita berupaya agar semuanya terintegrasi dari flow, paymant dan sebagainya," tuturnya setelah acara Top 100 CEO & The Next Leader Forum 2023 yang digelar Infobank serta Ikatan Bankir Indonesia (IBI) pada pekan lalu (5/12/2023).

Selain bank digital baru, sejumlah bank digital lainnya juga terus memperkuat ekosistem mereka. Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan saat ini Bank Jago memang sedang gencar menjalankan integrasi dengan ekosistem GOTO dari sisi funding untuk akuisisi nasabah baru. GOTO merupakan pemegang saham ARTO melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa dengan porsi kepemilikan 21,4%.

Bank Jago sebelumnya dengan GoTo Finansial (Gopay) meluncurkan produk 'GoPay Tabungan by Jago’. Produk tersebut memfasilitasi layanan perbankan bagi pengguna Gopay.

Arief mengatakan integrasi juga dilakukan dari sisi lending. "Integrasi dari sisi lending memang sudah dilakukan baik dengan GoTo dan partner lainnya. Sebagai gambaran, saat ini sebagian besar pinjaman yang disalurkan adalah melalui partner," katanya dalam Public Expose pada bulan lalu (29/11/2023).

Di antara kolaborasi dengan GoTo adalah pendanaan pada produk GoPayLater Cicil. Bank Jago juga memperdalam kolaborasi bersama GoTo Financial dengan mengintegrasikan layanannya ke dalam aplikasi GoBiz, aplikasi untuk mitra usaha GoFood.

Bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) pun terus memperkuat ekosistem. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan Allo Bank telah menggandeng mitra strategis, yang umumnya berasal dari ekosistem pemegang saham. Kerja sama misalnya dilakukan dengan Bukalapak yang juga menjadi salah satu pemegang saham Allo Bank dengan kepemilikan 11,49%.

Allo Bank juga berkerja sama dengan Indomaret, bisnis ritel modern milik taipan Djoko Susanto. Indomaret sendiri memiliki afiliasi dengan Grup Salim. Sedangkan, Grup Salim melalui PT Indolife Investama Perkasa tercatat menggenggam 6% saham di Allo Bank.

Indra mengatakan kolaborasi dengan kedua perusahaan itu terus dilakukan. "Kolaborasi itu perjalanannya panjang, satu per satu fitur, produk per produk kami integrasikan," ujar Indra.

Dengan Bukalapak, Allo Bank mengintegrasikan layanan perbankan kepada mitra Bukalapak yang notabene merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kolaborasi juga akan terus diperluas, diantaranya mengembangkan layanan bisnis beli sekarang dan bayar nanti (buy now pay later/BNPL) atau paylater.

Sementara dengan Indomaret, perseroan mengintegrasikan layanan top up tabungan. "Di daerah-daerah kan untuk mengisi rekening perlu tempatnya. Nah Indomaret ini tempatnya, termasuk ambil uang dan lainnya," ujar Indra.

Bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Mega Corpora ini juga mengandalkan ekosistem offline CT Corp salah satunya TransMart.

Selain itu, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) terus memperkuat integrasi dengan ekosistem induknya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut Subagia mengatakan sinergi dengan BRI Group terus diperkuat karena Bank Raya merupakan digital attacker BRI untuk melayani pasar UMKM. 

Bank Raya misalnya telah mengintegrasikan layanan perbankannya kepada agen Agen BRILink. Bank Raya juga menawarkan pinjaman tunai dari nasabah yang memiliki payroll di BRI.

Bank Raya juga terus menjalankan scale up bisnis dengan cara partnership dan akuisisi end user ekosistem BRI Group maupun ekosistem digital lainnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper