Bisnis.com, JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan periode kampanye terbuka dimulai pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Selanjutnya, pada 11-13 Februari menjadi masa tenang serta 14 Februari hari pencoblosan.
Dalam periode kampanye terbuka ini, Bank Indonesia mencatat terjadi lonjakan uang beredar di masyarakat. Berbanding dengan periode sebelum kampanye terbuka.
Pada Oktober 2023, Bank Indonesia (BI) melaporkan uang kartal yang dipegang masyarakat (M1) hanya tumbuh 0,1% yoy pada Oktober 2023. Turun tajam dibandingkan periode September 2023 yang masih tumbuh 4,1%.
Relatif stagnannya uang kartal sebelum periode kampanye terbuka terutama disebabkan oleh perkembangan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dan giro rupiah. Tercatat giro rupiah terkontraksi sebesar 5,5% yoy, melambat dari pertumbuhan 6,9% ypoy pada September 2023. Giro adalah bentuk tabungan yang memberi fleksibilitas tinggi. Produk ini meski juga bisa untuk individu namun lebih banyak digunakan oleh korporasi.
Sedangkan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu tercatat sebesar Rp2.193,4 triliun pada Oktober 2023 atau tumbuh 2,2% yoy.
Baca Juga
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 melanjutkan tren pertumbuhan positif. Sebagai konteks, M2 adalah penjumlahan uang kartal di masyarakat (M1), uang kuasi, serta surat berharga yang diterbitkan yang dimiliki sektor swasta dengan sisa jangka waktu 1 tahun.
Sedangkan uang kuasi adalah yang digunakan untuk mendeskripsikan asset yang dapat diuangkan secara cepat (aset lancar). Uang kuasi terdiri dari deposito, tabungan, dan simpanan valas milik swasta domestik.
BI mencatat posisi M2 pada Oktober 2023 sebesar Rp8.505,4 triliun atau tumbuh 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang kuasi sebesar 7,8% yoy,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, beberapa waktu lalu (27/11/2023).
Sebulan kemudian atau November 2023, uang kuartal di tengah masyarakat mulau melonjak. Bank Indonesia mencatat uang kartal tumbuh tajam dari 0,1% menjadi 2% atau melonjak 1900% secara bulanan (m-t-m). Per November terjadi jumlah uang beredar di masyarakat menjadi Rp4.725,7 triliun.
Sementara untuk M2, terjadi pertumbuhan 3,3% menjadi Rp8.573,6 triliun.
Dekat Pemilu, Uang Beredar Makin Besar
Dalam laporan Bank Indonesia pada akhir Januari 2024 lalu, uang beredar ke tengah masyarakat makin deras. Uang kartal di masyarakat (M1) meningkat dari Rp4.725,7 triliun pada November 2023 menjadi Rp4.935,5 triliun sebulan kemudian.
Asisten Gubernur, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyampaikan bahwa posisi M2 pada Desember 2023 tumbuh 3,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3% yoy.
“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit [M1] sebesar 2,1% yoy dan uang kuasi sebesar 5,2% yoy,” katanya dalam siaran pers, Senin (22/1/2024).
Tercatat, komponen M1, yang terdiri dari uang kartal di luar bank umum dan BPR, giro rupiah dan tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu, dengan pangsa 55,9% dari M2, tumbuh 2,1% pada Desember 2023 setelah tumbuh 2,0% yoy pada bulan sebelumnya.
Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu tercatat sebesar Rp2.260,2 triliun pada Desember 2023, tumbuh 1,5% yoy.
Sementara itu, giro rupiah tercatat sebesar Rp1.699,4 triliun atau terkontraksi 0,7% yoy pada Desember 2023, lebih dalam dari kontraksi 0,6% yoy pada bulan sebelumnya.
BI juga mencatat uang kartal yang beredar di masyarakat mencapai Rp975,9 triliun atau tumbuh 8,7% yoy, setelah tumbuh 6,3% yoy pada November 2023.
Lebih lanjut, uang kuasi alias uang milik swasta yang disimpan di perbankan dengan pangsa 43,7% dari M2, tercatat mencapai Rp3.860,6 triliun, tumbuh sebesar 5,2% yoy pada Desember 2023, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 5,0% yoy.
Lonjakan ini sudah terprediksi sebelumnya. Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan selama 4 bulan sebelum pemilu dan 1 bulan setelah pemilu, tren M2 sejak Pemilu 2004 selalu meningkat.
“Pada 2014 Rp165,5 triliun, 2019 segitu [Rp189,7 triliun] dan ini naik Rp20 triliun - Rp30 triliun. Tahun ini [Pemilu 2024] bisa naik lebih kencang,” ungkapnya dalam Media Gathering Perkembangan Ekonomi Global dan Indonesia 2023 secara daring, Selasa (19/12/2023).