Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) atau BNI melakukan perbaikan dan pemantauan berkala terhadap kondisi debitur untuk mengantisipasi dan mengelola risiko ketidakpastian geopolitik yang sedang berlangsung.
Sekretaris Perusahaan BNI Okki Rushartomo Budiprabowo mengatakan BNI melakukan assessment dampak Covid-19 serta kondisi makroekonomi terkini terhadap kelangsungan usaha debitur.
“Monitoring debitur dilakukan secara intensif guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya pemburukan kondisi usaha debitur sebagai akibat dari risiko geopolitik yang tengah terjadi saat ini,” kata Okki kepada Bisnis, Senin (6/5/2024).
Menurutnya, risiko dari konflik geopolitik memiliki dampak terhadap perekonomian dunia dan domestik sehingga dapat memengaruhi kinerja perbankan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
BNI, sambungnya, juga melakukan stress testing secara rutin demi memastikan ketahanan modal bank terhadap perubahan makroekonomi, serta membentuk pencadangan yang cukup tinggi sebagai langkah antisipasi.
“BNI terus memperkuat strategi mitigasi risiko untuk memastikan kualitas kredit kami tetap terjaga,” ujarnya.
Baca Juga
Di samping itu, dia berharap pencabutan Kebijakan Stimulus Covid-19 atau berakhirnya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada Maret 2024 lalu tidak berdampak signifikan terhadap kualitas kredit BNI.
Secara umum, dia menilai kebijakan pemerintah dan regulator masih diperlukan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia secara menyeluruh di tengah tekanan geopolitik global.
Kendati demikian, kualitas aset BNI masih mengalami peningkatan positif, tecermin dari penurunan rasio nonperforming loan (NPL) dari 2,8% pada kuartal I/2023 menjadi 2% pada kuartal I/2024.
BNI juga mencatat penurunan credit cost sebesar 40 bps year-over-year menjadi 1% pada periode yang sama.
Tidak hanya BNI, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai ketahanan perbankan nasional saat ini masih tetap terjaga.
Kondisi ini didukung oleh beberapa faktor meliputi permodalan yang kuat, likuiditas memadai, profil risiko terkelola dengan baik, serta relatif baiknya kinerja di sektor jasa keuangan.