Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Jelaskan Beda Arah Investor di Surat Utang Negara vs Bank Indonesia

Surat utang negara (SBN) tercatat mengalami tekanan jual, saat yang sama SRBI mengalami lonjakan permintaan per 21 Juni 2024.
Ilustrasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). JIBI/Bisnis
Ilustrasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan investor asing masih terus keluar dari Surat utang pemerintah (SBN) dan pasar saham masih per Juni 2024.

BI mencatat, aliran modal asing pada 21 Juni 2024 telah mencapai Rp3,4 triliun, sementara dari pasar saham keluar sebesar Rp1,98 triliun.

Padahal, pada periode Mei 2024, tercatat terjadi inflow sebesar Rp16,21 triliun di pasar SBN, sementara terjadi outflow sebesar Rp14,2 triliun dari pasar saham.

Meski demikian, tren outflow pada Juni 2024 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan periode April 2024, di mana outflow dari pasar SBN mencapai Rp14,80 triliun dan dari pasar saham sebesar Rp18,33 triliun.

Di sisi lain, BI mencatat terjadi aliran modal masuk di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (BI) sebesar Rp28,05 triliun pada Juni 2024 dan Rp80,29 pada Mei 2024, setelah sebelumnya tercatat outflow Rp3,65 triliun pada April 2024.

Perry menyampaikan bahwa tingginya outflow pada April 2024 dikarenakan adanya periode libur panjang Idulfitri. Pada periode tersebut, terjadi gejolak geopolitik di Timur Tengah, di samping adanya ketidakpastian terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Selain itu, pada kuartal II/2024, permintaan valas dari korporasi cenderung tinggi, utamanya untuk membayarkan repatriasi dividen, termasuk untuk pembayaran utang luar negeri.

Di sisi lain, pada akhir-akhir ini, muncul persepsi di pasar terkait kesinambungan fiskal ke depan, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi investor dan kembali memicu outflow dari dalam negeri.

“Muncul persepsi di pasar, persepsi belum tentu benar, terjadi persepsi di pasar masalah kesinambungan fiskal ke depan.  Itu yang kemudian menimbulkan persepsi di pasar dan kemudian menyebabkan kenapa SBN yang pada Mei sudah masuk Rp16,21 triliun, tapi kemudian pada Juni outflow lagi Rp3,4 triliun,” kata Perry dalam rapat kerja di Komisi XI DPR, Senin (24/6/2024).

Sebagai upaya untuk menarik inflow dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Perry menyampaikan bahwa salah satu strategi yang dilakukan BI adalah dengan mengoptimalkan instrumen SRBI, yaitu melalui imbal hasil yang dinaikkan tinggi, bahkan di atas yield SBN.

“Muncul permasalahan antara SRBI dan SBN, kami pastikan SRBI jangka pendek, yaitu bertenor 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, untuk mengatasi faktor-faktor yang temporer dan kami terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan,” jelasnya.

Perry menyampaikan, suku bunga SRBI yang jauh di atas SBN saat ini mengingat juga kondisi di mana Kementerian Keuangan yang belum memerlukan penerbitan SBN yang lebih besar dikarenakan pembiayaan fiskal yang masih cukup.

Namun demikian, dia menegaskan BI ke depan akan tetap menyesuaikan tingkat imbal hasil SBN ketika ada kebutuhan penerbitan SBN oleh pemerintah.

“Itu koordinasi yang kami lakukan. Bahkan, waktu terjadi outflow, kami ikut melakukan pembelian [SBN] di pasar sekunder supaya kenaikan yield SBN tidak terlalu besar,” tutur Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper