Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga Makin Benderang, Apa Kabar BI Rate?

The Fed memberikan sinyal kuat untuk pemangkasan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) pada September 2024. Akankah BI mengikuti langkah itu?
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, DC, AS, Rabu (26/7/2023). / Reuters
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, DC, AS, Rabu (26/7/2023). / Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Federal Reserve alias The Fed telah memberikan sinyal yang benderang akan pemangkasan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) pada rapat FOMC selanjutnya, yakni 17—18 September 2024. Bagaimana dengan BI Rate

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Situmorang menyampaikan Bank Indonesia berpotensi masih akan menahan BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya yang juga bersamaan dengan FOMC. 

Hal tersebut berdasarkan proyeksi baseline BI terhadap FFR, di mana The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali tahun ini. 

"Kami lihat ruang BI untuk menurunkan suku bunga di November/Desember 2024. Mengingat karena ada transisi kepemimpinan dan Pilkada," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (25/8/2024). 

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat meskipun rupiah cenderung mengalami penguatan terhadap dolar AS sejalan dengan penguatan mata uang Asia lainnya, BI berpendapat bahwa mata uang rupiah masih undervalued. 

Hal tersebut menjadi alasan untuk menunda penurunan suku bunga sampai stabilisasi lebih lanjut tercapai. 

Sementara itu, Josua menggarisbawahi pernyataan yang konsisten dari BI untuk potensi penurunan BI Rate tetap ditargetkan pada kuartal IV/2024. 

"Pernyataan BI mengindikasikan bahwa BI akan terus menunggu sinyal yang lebih jelas mengenai lintasan penurunan suku bunga The Fed sebelum memulai penurunan BI Rate," tutur Josua beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya di acara simposium tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, Jumat (23/8/2024), mengatakan bahwa sudah waktunya bagi The Fed untuk untuk memangkas suku bunga acuannya. 

Pernyataan ini menegaskan ekspektasi bahwa para pejabat akan mulai menurunkan suku bunga dalam pertemuan bulan depan dan memperjelas niatnya untuk menahan pelemahan pasar tenaga kerja. 

"Waktunya telah tiba bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri. Arah perjalanan sudah jelas, dan waktu serta laju penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," jelas Powell seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (24/8/2024).

BI Tunggu Apa Lagi? 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam RDG terakhir pada 21 Agustus 2024 lalu masih menahan BI Rate di level 6,25%, meski celah penurunan semakin terbuka lebar. 

Buktinya, rupiah mengalami tren penguatan setelah terjadi apreasisi 5,34% selama Agustus 2024 ke level Rp15.430 per dolar AS per 20 Agustus 2024. 

Sementara inflasi umum melambat menjadi 2,13% (year-on-year/YoY) pada Juli 2024, turun dari 2,51% pada Juni 2024, didorong oleh penurunan harga pangan pascapanen dan permintaan yang lebih rendah setelah Idul Adha.

Inflasi inti naik tipis menjadi 1,95% (YoY) pada Juli 2024, didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi, dan pendidikan.

Melihat pengaruhnya ke dalam negeri, Perry masih enggan menurunkan BI Rate meski terbuka ruang bagi Indonesia. Menurutnya, BI masih melihat dan menunggu kondisi global. 

"Kondisi global itu apa? Satu, kejelasan FFR. Kedua, tentu saja adalah bagaimana implikasi kepada suku bunga US Treasury baik yang 2 tahun maupun 10 tahun. Ketiga adalah kecenderungan mata uang dolar," jelasnya dalam penyampaian hasil RDG, Rabu (21/8/2024). 

Perry meyakini dolar akan mengalami tren pelemahan ke depan. Saat ini, memang terjadi pelemahan dolar terhadap berbagai mata uang dunia yang dipengaruh Fed Fund Rate, US Treasury, tapi juga risiko-risiko geopolitik hingga pilpres di AS. 

Saat ini atau pada kuartal III/2024, Perry lebih memilih menahan BI Rate demi melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah yang berdampak besar terhadap investasi portfolio, maupun terhadap ekonomi Indonesia. 

"Rupiah yang menguat membuat harga-harga lebih murah, khususnya harga pangan maupun harga lain dan karenanya mendukung inflasi yang rendah, khususnya dari imported inflation," tuturnya. 

Untuk itu, pihaknya saat ini masih konsisten akan penurunan BI Rate pada kuartal IV/2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper