Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memiliki strategi dalam menyediakan produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan nasabah wholesale atau korporasi, termasuk pembiayaan kredit sindikasi yang memungkinkan perusahaan memperoleh pendanaan dalam skala besar.
Adapun, berdasarkan catatan Bisnis, nilai kredit sindikasi perbankan per September 2024 mengalami penurunan tajam, anjlok hingga 43% secara year on year (YoY) menjadi hanya US$14,14 miliar.
Sementara itu, dari sisi mandated lead arranger (MLA), Bank Mandiri masih berada di puncak dan menguasai pangsa pasar 16,45% per September 2024. Namun, nilai penyalurannya turun 41% YoY menjadi US$2,33 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, senilai US$3,94 miliar pada September 2023.
Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengatakan perseroan konsisten memenuhi kebutuhan finansial perusahaan-perusahaan besar, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, untuk memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
“Berdasarkan data Bloomberg League Table, dari awal tahun 2024 sampai dengan kuartal III/2024 Bank Mandiri memberikan fasilitas sindikasi kepada perusahaan yang bergerak di bidang Listrik, Transportasi, dan Pelabuhan,” ujarnya kepada Bisnis yang dikutip Selasa (15/10/2024).
Bank Mandiri juga fokus pada sektor strategis untuk menjaga pertumbuhan yang positif, seperti energi, infrastruktur, manufaktur dan perkebunan beserta turunannya.
Baca Juga
Selain itu, kata Ali, Bank Mandiri juga memberikan perhatian khusus pada sektor-sektor yang terkait dengan ekonomi hijau dan berkelanjutan, termasuk melalui pembiayaan hijau (green financing).
“Dalam menjaga pertumbuhan, Bank Mandiri juga terus memperluas kemitraan strategis dengan berbagai institusi keuangan, baik domestik maupun internasional, untuk memperkuat kapabilitas di bidang wholesale banking,” ujarnya.
Menurut Ali, dengan pendekatan yang mencakup berbagai sektor, serta didukung oleh solusi digital yang terintegrasi, Bank Mandiri optimistis dapat memperkuat posisi sebagai pemimpin di pasar wholesale banking, sekaligus menjadi katalis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan penurunan ini terkait proyek-proyek besar yang belum mengalami pertumbuhan signifikan. Selain itu, isu kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) juga tengah dihadapi industri perbankan turut memengaruhi penyaluran kredit sindikasi.
“Tapi itu saya kira kecenderungan untuk sindikasi, kalau kita lihat skala bank itu sangat memungkinkan terus berkembang. Cuma sektornya itu yang mana kan [yang dibidik bank],” ujarnya di Jakarta, Senin (14/10/2024).
Menurutnya, setelah pandemi Covid-19, beberapa sektor sudah mulai pulih dan tumbuh dengan baik. Namun, ada juga sektor-sektor lain yang pertumbuhannya masih lambat atau bahkan belum mengalami pertumbuhan sama sekali.
Dian menyebut, faktor-faktor seperti kebijakan perdagangan dan kebijakan industri juga berperan besar dalam menentukan arah perkembangan sektor-sektor tersebut. “Itu urusannya tentu ada di pemerintah,” tandasnya.