Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai Bank Indonesia (BI) mengambil langkah tepat untuk menahan suku bunga BI Rate sebesar 6%, pada masa menjelang pergantian presiden dari Jokowi ke Prabowo.
Satria melihat BI memilih tidak memangkas suku bunga acuan demi mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah, tertutama menjelang pelantikan presiden baru.
“Kami percaya BI cenderung menjaga stabilitas pasar keuangan menjelang transisi pemerintahan baru,” ujarnya, Rabu (16/10/2024).
Mengingat, rupiah sepanjang bulan ini hingga 15 Oktober 2024 telah mengalami depresiasi sebesar 2,82% akibat memanasnya kondisi geopolitik.
Terlepas dari nada hati-hati yang disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo, Satria percaya bahwa siklus pelonggaran akan terus berlanjut pada dua bulan terakhir 2024.
Satria mempertahankan perkiraannya bahwa akan adanya penurunan suku bunga acuan sebesar 50 bps, masing-masing 25 bps, pada November dan Desember.
Baca Juga
Menurutnya, penurunan BI Rate baru akan dilakukan setelah indeks dolar atau DXY dan imbal hasil surat utang global kembali menurun.
Pasalnya, DXY yang sebelumnya diperkirakan akan melandai, justru menunjukkan penguatan ke level 103 sepanjang Oktober ini.
Berbeda dengan bank sentral di kawasan regional, di mana bank sentral di Filipina dan Thailand secara tak terduga memangkas suku bunga acuan mereka sebesar 25 bps kemarin.
“Kami setuju dengan sikap Gubernur BI yang mengisyaratkan bahwa stabilitas rupiah akan menjadi fokus utama dalam waktu dekat, karena sentimen investor masih dapat dengan mudah berubah ke satu arah atau yang lain,” lanjutnya.
Ke depan, BI perlu memperhatikan risiko mulai dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang bakal digelar Federal Reserve (The Fed) pada 6 dan 7 November 2024 mendatang.
Selain itu, juga Israel dan Iran berada di ambang perang besar-besaran, serta hasil pemilihan Presiden AS dalam waktu dekat.
Tepatnya langkah BI dalam menahan suku bunga dengan dasar bahwa pemangkasan yang terlalu cepat di tengah kondisi global yang memanas, dapat mendorong aksi jual aset oleh investor asing.
Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Gubernur BI Perry Warjiyo tetap mencermati ruang penurunan suku bunga dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi, nilai tukar rupiah, serta pertumbuhan ekonomi.
“[Untuk saat ini] Sabar, arahnya memang kami masih melihat ruang penurunan suku bunga ke depan, masalah timing dan magnitude, kami akan mengukur data independen,” tuturnya.