Sementara itu, Bank Victoria Syariah juga melakukan audit laporan keuangan per September 2024. Pada periode ini, Bank Victoria Syariah mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp14,14 miliar per September 2024. Angka ini turun dari capaian September 2023 dengan nilai Rp23,11 miliar.
Setelah dimasukkan kepentingan non pengendali yang sebesar Rp3,49 miliar, laba Bank Victoria Syariah mencapai Rp17,64 miliar, atau turun 23,67% (YoY) dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp23,11 miliar pada September 2023.
Dari sisi intermediasi, Bank Victoria Syariah mencatat total penyaluran pembiayaan per September 2024 mencapai Rp1,35 triliun, naik 28,66% (YoY) dibanding sebelumnya Rp1,05 triliun. Aset pun mengalami kenaikan 32,52% (YoY) menjadi Rp3,33 triliun pada September 2024.
Sejalan dengan peningkatan pembiayaan, BVS mencatatkan perbaikan rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) secara gross menjadi 0,55% per September 2024 dari 0,85% per September 2023, sedangkan NPF net masih berada di level 0%.
Terakhir, dari segi pendanaan dana pihak ketiga BVS naik 45,51% (YoY) menjadi Rp1,68 triliun per September 2024 dari sebelumnya Rp1,15 triliun pada September 2023. Namun, dana murah BVS turun 45,61% (YoY) menjadi Rp29,92 miliar dari sebelumnya Rp55 miliar.
Jika BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah resmi melakukan penggabungan, aset keduanya akan menjadi Rp61,03 triliun. Apabila dibandingkan dengan aset PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI yang merupakan bank syariah terbesar di Indonesia, aset gabungan BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah masih jauh di bawahnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2024, nilai aset BRIS tercatat senilai Rp370,72 triliun naik 15,91% YoY. Meskipun demikian, regulator terus mendorong kehadiran bank syariah beraset besar selain BSI terus didorong untuk menciptakan persaingan yang sehat.