Menarik bagi Investor
Dihubungi terpisah, VP Kredit Analyst Mandiri Sekuritas Julius Teddy Hariyanto menilai prospek penerbitan obligasi oleh bank-bank di Indonesia sangat menarik bagi para investor.
Menurutnya, obligasi yang diterbitkan oleh bank-bank dengan fundamental bisnis dan keuangan yang kuat seperti BBRI, BBNI, Bank Mandiri Taspen, Bank Syariah Indonesia, dan Bank OCBC yang umumnya memiliki peringkat AAA, sehingga sangat diminati pasar.
“Meskipun kupon yang ditawarkan relatif rendah, obligasi dari bank-bank ini tetap menarik karena membantu diversifikasi portofolio investasi, memberikan pendapatan stabil dari kupon, serta mengurangi risiko portofolio,” ujarnya kepada Bisnis.
Julius menjelaskan, saat ini kondisi likuiditas investor cukup longgar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya obligasi korporasi, obligasi pemerintah, dan SRBI yang jatuh tempo pada Mei dan Juni 2025, sehingga investor memiliki dana yang perlu segera direfinansiasi. “Obligasi perbankan dengan rating tinggi menjadi incaran utama investor dalam situasi ini,” tambahnya.
Lebih lanjut, Julius mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong bank untuk menerbitkan social bond maupun green bond.
Pertama, meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya green banking serta upaya membangun reputasi keberlanjutan. Kedua, kebutuhan bank untuk memperkuat portofolio green banking, baik dari sisi kredit maupun sumber pendanaan. Ketiga, adanya kebutuhan refinancing atas obligasi berwawasan sosial atau hijau yang telah jatuh tempo.
Di sisi lain, penerbitan obligasi ini juga didorong oleh tingginya permintaan dari investor, khususnya investor institusional yang berafiliasi dengan perusahaan asing dan memiliki perhatian besar terhadap prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
“Tingginya minat terhadap green bond dapat terlihat dari respons pasar yang sangat positif terhadap penerbitan green bond akhir-akhir ini,” pungkas Julius.
Sementara, Head of Economic Research Division Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto menilai bahwa tren penurunan suku bunga dan prospek pelonggaran kebijakan moneter ke depan membawa sentimen positif bagi pasar surat utang korporasi, termasuk dari sektor perbankan.
“Suku bunga yang lebih rendah menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi penurunan kupon obligasi. Dampaknya, biaya dana yang harus ditanggung perbankan untuk menghimpun pendanaan bisa menjadi lebih efisien,” ujarnya kepada Bisnis.
Dia menjelaskan bahwa prospek kebijakan moneter yang lebih akomodatif, seiring dengan upaya Bank Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi, juga berpotensi memperketat likuiditas di sektor perbankan.
Kondisi ini mendorong penyaluran kredit yang lebih agresif, sehingga bank akan mencari sumber pendanaan alternatif di luar dana pihak ketiga.