Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPK Mengendur, Pertumbuhan Aset 13 Bank Besar pun Melambat

Perlambatan penghimpunan dana pihak ketiga menyebabkan pertumbuhan aset 13 bank papan atas, yang menguasai lebih dari 70% aset perbankan di Tanah Air, berada di bawah rata-rata industri.
Bank-bank besar masih mendominasi industri perbankan Tanah Air, sedangkan bank-bank kecil mati-matian mencetak kinerja sebaik mungkin di tengah persaingan suku bunga dan perolehan dana pihak ketiga
Bank-bank besar masih mendominasi industri perbankan Tanah Air, sedangkan bank-bank kecil mati-matian mencetak kinerja sebaik mungkin di tengah persaingan suku bunga dan perolehan dana pihak ketiga

Bisnis.com, JAKARTA — Perlambatan penghimpunan dana pihak ketiga menyebabkan pertumbuhan aset 13 bank papan atas, yang menguasai lebih dari 70% aset perbankan di Tanah Air, berada di bawah rata-rata industri.

Aset industri perbankan Januari-September menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (12/11/2018). Berikut laporannya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per September 2018, aset 13 bank besar mencapai Rp5.516 triliun atau naik 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Adapun, secara industri, aset perbankan tumbuh 8,6% menjadi Rp7.768,9 triliun.

Apabila dibandingkan dengan kuartal pertama dan kedua tahun ini, pertumbuhan aset industri perbankan juga terus menurun. Pada kuartal I dan II, aset industri perbankan tumbuh, masing-masing 8,8% dan 8,9%. Adapun, pada kuartal ketiga tahun lalu, aset industri perbankan mampu tumbuh 10,6%.

Hingga September 2018, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat hanya tumbuh 6,6%, sedangkan penyaluran kredit melesat 12,69%.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Santoso Liem mengatakan bahwa tren perlambatan pertumbuhan aset disebabkan pertumbuhan DPK yang melambat tahun ini. “Di pasiva itu dana pihak ketiga terjadi kenaikan. Naik, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan kredit,” katanya kepada Bisnis, Jumat (9/11).

Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mencatat pertumbuhan aset terbesar. (Lihat infografis)

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan total aset produktif perseroan didominasi oleh kredit yang mencapai 88,9%. Jenis aset lainnya adalah surat berharga 7,8%, penempatan deposito pada bank Indonesia 2,03%, dan aset lainnya 1,2%.

Iman mencatat pertumbuhan aset masih lebih rendah dari pertumbuhan kredit karena kinerja DPK tidak secemerlang penyaluran pendanaan.

Sampai dengan September, pengimpunan DPK perseroan mencapai Rp195,04 triliun, tumbuh 16,06%. Loan to funding ratio (LDR) perseroan pun terkerek ke level 112,83%.

“Aset dipengaruhi kemampuan menghimpun DPK, jadi yang kurang pertumbuhan DPK,” katanya kepada Bisnis, Minggu (11/11).

Pertumbuhan DPK baik konvensional maupun non konvensional masuk ke dalam liabilitas bank. Namun, jika belum disalurkan dalam bentuk kredit, DPK tersebut biasanya ditempatkan dalam bentuk kas, penempatan surat berharga, ataupun pinjaman antarbank.

Sementara itu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) kembali menduduki urutan pertama dengan total aset secara konsolidasi sebesar Rp1.183,4 triliun, atau naik 13,9%.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, pencapaian kinerja disokong oleh penyaluran kredit yang tumbuh di atas rata-rata industri perbankan Indonesia.

Menyusul di posisi kedua, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., di mana pertumbuhan aset tidak sampai dua digit.

Ekonom BCA David Sumual mengatakan dari sisi internal, pertumbuhan dana pihak ketiga cenderung melambat. Sementara itu pasar modal dalam dan luar negeri tampak tidak terlalu menarik bagi bank di Indonesia.

“Kombinasi faktor-faktor itu saya rasa akan membuat pertumbuhan aset masih akan melambat hingga akhir tahun,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper