Bisnis.com, JAKARTA — Hingga bulan kelima tahun ini pertumbuhan kredit perbankan terpantau dalam tren penurunan. Lalu, bagaimana tren penempatan dana pada surat berharga perbankan di tengah pelemahan kredit?
Pada Januari 2025, penyaluran kredit terpantau tumbuh 10,27% secara tahunan atau YoY. Namun, pada Mei 2025 kredit melambat ke angka 8,43% YoY. Perlambatan kredit ini juga dibarengi dengan dana pihak ketiga (DPK) yang sebesar 5,51% YoY pada awal tahun menjadi 4,29% YoY pada Mei 2025.
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menyampaikan mengenai strategi penempatan dana pada instrumen surat berharga, termasuk surat berharga negara (SBN).
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera Haryn menyebut penempatan dana pada instrumen surat berharga termasuk surat berharga merupakan bagian dari manajemen likuiditas yang pruden dan upaya menjaga keseimbangan dengan ekspansi kredit yang sehat.
Hera mengatakan bahwa fungsi utama perbankan adalah menyalurkan kredit sebagai bagian dari perannya dalam intermediasi ekonomi. Namun demikian, penempatan dana pada surat berharga tetap menjadi bagian penting dari strategi pengelolaan likuiditas bank.
“BCA senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” kata Hera kepada Bisnis, Kamis (3/7/2025).
Hingga Mei 2025, total kredit (bank only) yang disalurkan BCA tercatat tumbuh 11,8% secara tahunan menjadi Rp924 triliun.
Di sisi lain, total dana yang ditempatkan BCA pada instrumen surat berharga (termasuk SBN) mencapai Rp370 triliun per Mei 2025. Hera menyebutkan bahwa selain sebagai strategi pengelolaan likuiditas, langkah ini juga merupakan bentuk kontribusi BCA dalam mendukung perekonomian nasional.
“BCA berkomitmen untuk mengelola likuiditas secara pruden serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko,” tuturnya.
Dihubungi terpisah, PT Bank Maybank Indonesia Tbk. membuka peluang untuk menambah penempatan dana ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN) pada paruh kedua tahun ini, seiring strategi diversifikasi aset yang terus dijalankan perusahaan.
Dihubungi terpisah, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengatakan bahwa alokasi dana bank ke SBN merupakan bagian dari strategi diversifikasi aset. Untuk semester II/2025, kata Steffano, peluang penempatan dana ke SBN tetap terbuka.
“Penempatan dana di SBN oleh bank tentunya merupakan bagian dari diversifikasi alokasi aset bank. Buat Maybank sendiri, penempatan dana ke SBN di semester II/2025 tentunya juga terbuka,” ujar Steffano kepada Bisnis, Kamis (3/7/2025).
Namun demikian, lanjut Steffano, penempatan dana ke SBN juga sangat bergantung pada dinamika yang terjadi sepanjang paruh kedua tahun ini. "Akan tetapi semuanya akan tergantung nanti terhadap banyak faktor pada semester II/2025,” tuturnya.
Pernyataan Steffano mencerminkan pendekatan yang berhati-hati di tengah pergeseran strategi penempatan dana industri perbankan nasional pada tahun ini. Adapun, sepanjang semester I/2025, data menunjukkan tren yang kian jelas bahwa perbankan mulai mengalihkan sebagian likuiditasnya dari kredit ke instrumen SBN.
Hal ini terjadi seiring dengan melambatnya laju pertumbuhan kredit yang hanya mencapai 8,43% secara tahunan (year-on-year) pada Mei 2025, turun dari 10,39% pada akhir 2024.
Pada saat yang sama, bank-bank justru meningkatkan eksposurnya ke SBN. Hingga akhir Juni 2025, pembelian SBN oleh bank telah bertambah Rp148,56 triliun.
Sementara, total kepemilikan SBN oleh sektor perbankan pun melonjak menjadi Rp1.199,96 triliun, atau setara 19,02% dari total outstanding SBN pemerintah. Angka ini naik signifikan dari 17,41% pada akhir tahun lalu.
Adapun, paruh pertama 2025, tren penempatan dana perbankan nasional mengalami pergeseran signifikan. Di tengah perlambatan kredit yang hanya tumbuh 8,43% per Mei, bank-bank justru memperbesar eksposur pada SBN.
Tambahan pembelian SBN oleh perbankan hingga akhir Juni tercatat mencapai Rp148,56 triliun, sehingga total eksposur SBN bank naik menjadi Rp1.199,96 triliun, setara 19,02% dari total outstanding SBN pemerintah.