BISNIS.COM, JAKARTA—Sejumlah perusahaan asuransi jiwa syariah akan memperbesar alokasi investasi mereka pada instrumen saham, di tengah momentum penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Kebijakan tersebut akan membuat alokasi investasi industri asuransi syariah bergeser.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai investasi industri asuransi syariah pada instrumen saham mencapai Rp3,18 triliun atau 24,87% dari total dana investasi industri tersebut per kuartal I/2013 sebesar Rp12,78 triliun.
Berada di urutan kedua setelah investasi pada deposito yang mencapai Rp5,01 triliun atau 39,17%.
Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Syariah Amanah Jiwa Giri Artha (Amanah Githa) Azwir Arifin mengatakan perseroan akan memperbesar porsi saham pada investasi yang berasal dari pemegang saham dan dana investasi peserta.
Dana kelolaan Amanah Githa terbagi atas tiga yakni dana investasi dari setoran modal pemegang saham, dana investasi peserta dari produk saving plan, serta dana tabarru.
Untuk dana investasi yang berasal dari setoran modal, porsi saham akan ditingkatkan hingga menjadi 7% dari posisi akhir tahun lalu 4,11%, dengan menggeser portofolio investasi dari pasar uang yang mencapai 76%.
Adapun, porsi saham dalam dana investasi peserta akan ditingkatkan menjadi sekitar 7% dari posisi akhir tahun lalu sebesar 6%.
“Untuk dana tabarru masih 100% di pasar uang karena jumlahnya pun masih belum terlalu besar,” katanya kepada Bisnis, Rabu (12/6/2013).
Azwir belum menentukan saham dari sektor apa yang akan dibidik karena masih menunggu tren pergerakan saham dalam waktu 1 pekan ke depan. Me nurutnya, perseroan memantau saham di sektor properti, konstruksi, dan consumer goods, meskipun tidak menutup kemungkinan membeli saham dari sektor lain.
Dihubungi terpisah, Direktur Operasional PT Asuransi Jiwa Syariah Al Amin Ronny Abril mengatakan pihaknya juga mulai menyiapkan ancang-ancang untuk masuk ke instrumen investasi saham.
“Memang inilah saatnya masuk ketika indeks sedang turun. Kami masih memantau pergerakan,” katanya.
Hingga saat ini, Al Amin belum memiliki portofolio investasi pada instrumen saham karena menetapkan strategi investasi yang cenderung konservatif.
Dana kelolaan Al Amin terbagi ke dalam dua fund yakni dana investasi perusahaan dan dana tabarru dari peserta. Sekitar Rp98 miliar atau 93% dari dana tabarru sebesar Rp105 miliar dialokasikan dalam instrumen investasi deposito, sedangkan sisanya sebesar Rp7 miliar dialokasikan ke instrumen reksa dana campuran.
Adapun, seluruh dana investasi perusahaan sebesar Rp55 miliar dialokasikan ke instrumen investasi deposito. “Itu karena kami bekerja sama dengan sejumlah bank,” ujarnya.