BISNIS.COM, JAKARTA-BAGI bank, ketika pendapatan berbasis bunga terancam menipis, pilihannya antara lain memperbesar fee based income agar laba bertumbuh.
Bank harus untung, oleh karenanya perlu strategi ciamik memacu pendapatan di tengah tekanan pemangkasan suku bunga kredit.
Bagi nasabah, bank yang mempunyai banyak produk bisa menjadi nilai tambah. Kebutuhan nasabah terus berkembang, seiring pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya daya beli. Harus diakui, kebutuhan nasabah bukan lagi hanya terpaku pada kredit atau tabungan saja saat ini.
Nasabah juga makin banyak yang butuh kemudahan transaksi, asuransi, dan investasi. Produk-produk itulah merupakan sumber pendapatan berbasis komisi.
Memang, upaya bank mendulang untung dari pendapatan nonbunga bukan hal baru. Sudah banyak bank yang sukses mendulang untung dari sumbangan pos pendapatan nonbunga tersebut.
Sebut saja, PT Bank Central Asia Tbk dan Bank Mandiri Tbk yang memang sudah mencicipi manisnya pendapatan nonbunga. Wajar saja dua bank besar tersebut bisa terus mengerek fee based income, karena sudah menjadi bank transaksi yang punya banyak produk, jaringan kantor, dan didukung sistem teknologi informasi.
Keberhasilan memperoleh pendapatan non bunga bisa menjadi pemicu bank lain untuk mengembangkan hal yang sama. PT Bank Sinarmas Tbk misalnya sudah berkomitmen akan mengerek fee based income untuk mengatrol laba setiap tahunnya
Bank yang dinakhodai oleh Freenyan Liwang itu menargetkan fee based income bisa berkontribusi 20% terhadap pendapatan tahun ini. Per tahun lalu, kontribusi fee based income baru sekitar 10%.
Per akhir tahun lalu, Bank Sinarmas meraup pendapatan di luar bunga sebesr Rp171,15 miliar atau tumbuh 84% dibandingkan dengan Rp92,74 miliar pada Desember 2011.
PT Bank Internasional Indonesia Tbk juga punya ambisi sama, yakni memperbesar pendapatan berbasis nonbunga.
Dalam 5 tahun ke depan, bank tersebut memproyeksikan fee based income bisa mencapai 40% terhadap pendapatan. Memang, untuk memperbesar pendapatan dari komisi transaksi tidak murah. Bank harus terus berinvestasi di sisi jaringan dan teknologi informasi untuk melayani segala kebutuhan transaksi nasabah.
Namun, ketika bank sudah berhasil mengembangkan produk dan layanan, keuntungan akan semakin mendekat. Dengan menjadi bank yang digunakan untuk bertransaksi, akan membuat penghimpunan dana murah naik. Ketika porsi dana murah naik, bank juga akan diuntungkan karena bisa menekan cost of fund, yang berujung pada suku bunga kredit makin kompetitif.
Harus diakui juga, karakteristik nasabah di Indonesia masih jarang yang masuk kategori belum loyal. Masih ada nasabah yang siap memindah-mindahkan simpanannya dari satu bank ke bank lain. Belum lagi, dari sisi kepemilikan rekening yang biasanya lebih dari satu bank.
Nasabah bisa saja berdalih memilih banyak bank demi memenuhi seluruh kebutuhan transaksi dan investasinya terpenuhi.
Ini jelas tantangan, bagaimana agar bank bisa menjadi supermarket finansial yang menyediakan beragam produk agar nasabah menjadi setia.
Bisa jadi, sekarang ialah waktu yang tepat bagi bank untuk mengembangkan produk yang mendulang pendapatan nonbunga.
Apalagi, sekarang sedang tren branchless banking untuk merealisasikan inklusi keuangan.
Bank berpeluang memperbesar basis nasabah dengan masuk pada segmen masyarakat yang belum berbank. Jumlahnya besar sekali, versi Bank Dunia mencatat baru 47% dari total penduduk Indonesia yang sudah menabung. Sekali lagi, bank memang harus untung, tetapi, nasabah juga punya banyak kebutuhan.