Bisnis.com, JAKARTA - Bank Perkreditan Rakyat milik pemerintah daerah memproyeksikan pertumbuhan kredit, aset, dan DPK mencapai 20%-25% pada tahun ini, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan pada bank umum.
Hingga akhir 2013, aset industri BPR pemda tercatat sebesar Rp19 triliun, penyaluran kredit Rp18 triliun dan DPK Rp16,5 triliun.
Nazirwan Delamat, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah di Seluruh Indonesia (Perbamida) yang juga Direktur Utama Bank BPR Sumatra Selatan, mengatakan proyeksi pertumbuhan ketiganya tidak akan terlalu jauh berbeda.
“Rata-rata untuk pertumbuhan kredit sekitar 20% karena pertumbuhan dana juga berkisar seperti itu, tidak njomplang. Tren dari tahun ke tahun begitu,” ujarnya, Kamis (9/1/2014).
R. Soeroso, Ketua Umum Perbamida, menambahkan pihaknya berusaha menjaga pertumbuhan sekaligus mempertahankan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) tetap rendah. Hingga akhir 2013, lanjutnya, rasio NPL rata-rata 385 bank anggota Perbamida sebesar 3%.
Menurutnya, rasio kredit bermasalah perlu dijaga ketat untuk menjaga kualitas kredit karena Bank BPR pelat merah umumnya hanya mengambil marjin bunga bersih (net interest margin/NIM)sebesar 2%, lebih rendah dibandingkan dengna rata-rata NIM pada bank umum yang berkisar 4%-6%.
“Kami jaga NPL benar-benar agar turn over cepat karena NIM kami tipis,” ujarnya.