Bisnis.com, JAKARTA--Perbankan di Indonesia mengaku tidak tertarik mengucurkan kredit kepada tiga sektor strategis, yakni infrastruktur, manufaktur, dan energi. Apa alasannya?
Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib mengatakan perbankan selama ini tidak tertarik terhadap ketiga sektor tersebut karena dapat menggerus permodalan.
Perbankan juga menilai, penyaluran kredit di sektor itu memiliki jangka waktu yang cukup panjang, pendanaan yang besar dan return yang lama pula. Alasan tersebut menjadikan perbankan memilih sektor lain untuk penyaluran kreditnya.
"Pengalaman kami return-nya lama, untuk bisa untung investasinya panjang. Tidak semua bank mempunyai keinginan ke arah itu," ujarnya, Selasa (5/2/2014).
Dia mengatakan penyaluran kredit di ketiga sektor itu menanggapi rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tengah mengkaji untuk meringankan bobot Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
OJK berencana memberikan keringanan ATMR bagi sektor infrastruktur, manufaktur dan energi. OJK ingin mendorong penyaluran kredit diketiga sektir itu dengan memberikan insentif kepada perbankan bagi pembiayaan jangka panjang.
Kostaman memprediksi keinginan OJK untuk menghitung ATMR lebih direndahkan agar tidak menggerus permodalan bank. OJK memilih industri strategis bagi negara karena dapat mendorong perekonomian.
"Tentu dengan ini OJK mengharapkan banyak bank membiayai industri seperti ini. Diharapkan dengan ini bank-bank lebih antusias," paparnya.
Bank Mega, sambungnya, memiliki pengalaman dalam penyaluran kredit pada sektor infrastruktur. Beberapa waktu lalu, Bank Mega memiliki portofolio kredit jalan tol di Makassar dan Surabaya.
Akan tetapi, kredit di sektor itu memiliki jangka waktu yang panjang dengan keuntungan yang lama. Hingga saat ini, Bank Mega masih memiliki penyaluran kredit sektor jalan tol meski tidak menjadi prioritas.
Di Indonesia, katanya, sebanyak 70% pendanaan masih didominasi oleh deposito 1-3 bulan. Sedangkan kredit lebih banyak 2-3 tahun, kecuali kredit konsumsi.
Pada tahun ini, Bank Mega tidak fokus pada ketiga sektor itu. Perseroan lebih fokus penyaluran kredit di sektor konsumsi, kredit usaha dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Target kredit tahun ini tumbuh sekitar 17%. Kami tidak khusus ke sektor tertentu, hanya ke konsumsi, UMKM dan kartu kredit," paparnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Muhammad Ali mengatakan bahwa perseroan menyambut baik rencana OJK untuk memberikan insentif pada ATMR. Namun, hingga saat ini, BRI tidak memberikan porsi bagi ketiga sektor tersebut.
"Kami masih fokus pada UMKM. Kami tidak eksposure ke sektor infrastruktur, manufaktur dan energi," katanya.
Dia menilai, apabila OJK memberikan insentif ATMR di ketiga sektor tersebut, dipastikan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dapat terpenuhi.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Yap Tjai Soen mengaku belum dapat berkomentar banyak terkait rencana OJK tersebut. Pasalnya, insentif itu masih dalam tahap kajian di OJK.