Bisnis.com, JAKARTA — Para ekonom menilai Bank Indonesia akan ekstra hati-hati dalam pertemuan bulanan ini dalam memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate Juli 2025 yang akan diumumkan besok, Rabu (16/7/2025).
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menyampaikan bahwa berdasarkan pertimbangan ekonomi domestik yang melambat, ada ruang untuk pemangkasan suku bunga acuan.
Sementara melihat kondisi global, baik tensi geopolitik di Timur Tengah hingga persoalan tarif Trump yang tak kunjung berakhir, David meyakini BI Rate akan ditahan pada level 5,50%.
“Namun masih ada ketidakpastian tarif Trump yang ditunda deadline-nya ke awal Agustus yang bisa mendorong volatilitasi di pasar finansial,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025).
Senada dengan David, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat meskipun ruang penurunan suku bunga sebenarnya terbuka, sejalan dengan tren apresiasi rupiah yang terjadi belakangan ini, tetapi sejumlah perkembangan eksternal menuntut Bank Indonesia untuk bersikap hati-hati.
Pertimbangan utama datang dari memanasnya kembali ketegangan perdagangan global, terutama setelah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump yang kembali memberlakukan tarif impor sebesar 32% terhadap sejumlah mitra dagang utama, termasuk Indonesia.
Baca Juga
Josua melihat langkah ini langsung memicu kembali sentimen risk-off di pasar keuangan global, yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
“Dalam kondisi ini, Bank Indonesia cenderung memilih sikap konservatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi dengan menahan suku bunga acuan terlebih dahulu, sambil terus memantau perkembangan situasi perdagangan global,” jelasnya.
Meski demikian, Josua berpandangan bahwa peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% masih cukup terbuka, dan berpotensi terjadi pada September 2025.
Hal tersebut didasarkan pada prospek semakin jelasnya arah kebijakan perdagangan AS, terutama dengan adanya tenggat waktu perundingan yang jatuh pada 1 Agustus 2025.
Pasalnya pernyataan terbaru dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengonfirmasi bahwa kebijakan tarif 32% yang diterapkan AS terhadap produk ekspor Indonesia ditunda sementara, dengan harapan kesepakatan final dapat tercapai sebelum 1 Agustus.
Menurut Josua, jika kesepakatan ini berhasil dicapai, maka tekanan pada rupiah dapat berkurang secara signifikan, sehingga membuka jalan bagi BI untuk memangkas suku bunga mengikuti tren pelonggaran moneter global yang juga diperkirakan akan dilakukan The Fed pada pertemuan FOMC September 2025.
Adapun, berdasarkan konsensus estimasi dari ekonom yang Bloomberg himpun hingga Selasa (15/7/2025) pukul 12.00 WIB, sebanyak 15 dari 32 ekonom menaruh keyakinan akan pemangkasan BI Rate sebesar 25 bps dalam pertemuan bulan ini.