Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Konsumsi Tumbuh, NPL Bank di Sulut 'Mengkhawatirkan'

Kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan di Sulawesi Utara (Sulut) mencapai 3,59% sepanjang Januari-Juli tahun ini. Angka itu cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,28%.
Semakin besarnya kredit konsumsi itu diikuti dengan tren peningkatan rasio kredit bermasalah. /Ilustrasi
Semakin besarnya kredit konsumsi itu diikuti dengan tren peningkatan rasio kredit bermasalah. /Ilustrasi

Bisnis.com, MANADO—Kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan di Sulawesi Utara (Sulut) mencapai 3,59% sepanjang Januari-Juli tahun ini.

Angka itu cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,28%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut Luctor E. Tapiheru mengatakan peningkatan itu disinyalir akibat pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih tinggi dari kredit modal kerja dan investasi.

“Meski demikian, semua segmen penyaluran kredit masih berada di leven aman,” tegasnya, Kamis (28/8/2014).

Berdasarkan data BI Sulut, penyaluran kredit konsumsi di daerah tersebut tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja dan investasi.

Kredit konsumsi yang disalurkan di Sulut mencapai Rp14,79 triliun pada periode Januari-Juli 2014 atau bertumbuh 13,27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Adapun kredit modal kerja hanya tumbuh 7,87% menjadi Rp6,9 triliun pada periode yang sama, sedangkan kredit investasi tumbuh tipis 2,93% menjadi Rp2,76 triliun.

Luctor menjelaskan pertumbuhan kredit konsumsi yang berada di atas rata-rata total kredit menyebabkan pangsa kredit konsumsi terhadap keseluruhan kredit relatif meningkat dan terus berada pada level tinggi.

Semakin besarnya kredit konsumsi itu juga diikuti dengan tren peningkatan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), meski masih cukup rendah, yakni 2,53%.

Dia menjelaskan sebagian besar alokasi pembiayaan perbankan masih disalurkan ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) dengan porsi sebesar 65,55% dari total kredit produktif.

Pertumbuhan kredit sektor utama relatif melambat, terutama pada sektor pertanian dan jasa dunia usaha yang kreditnya mengalami pertumbuhan negatif sejak pertengahan tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper