Bisnis.com, JAKARTA—Meskipun likuiditas diyakini bakal mengendur, perang suku bunga dana di industri perbankan agaknya masih sulit dihindarkan. Tak heran belakangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun gerah dengan persaingan suku bunga khususnya di deposito.
Menurut data Bank Indonesia pada Juli 2014, suku bunga deposito 1 bulan naik hingga 11 basis points (bps) ke level 8,41% dari 8,30% di bulan sebelumnya. Situasi itu juga jelas terekam dalam laporan rugi laba bank umum per Juli 2014.
Pada Juli 2014 beban bunga dari pihak ketiga yang ditanggung bank umum mencapai Rp94,3 triliun yang terdiri dari Rp7,5 triliun untuk giro, Rp13,7 triliun untuk tabungan, dan Rp73,1 triliun untuk deposito. Kenaikan beban bunga di deposito terlihat paling mencolok. Pada Juni 2014 pos ini hanya terisi Rp61,4 triliun.
Pada Juni 2014 beban bunga giro dan tabungan hanya berselisih tipis dengan Juli. Pada periode tersebut beban bunga giro dan tabungan masing-masing hanya Rp6,4 triliun dan Rp11,6 triliun. Total beban bunga per Juli 2014 mencapai Rp161,3 triliun, sedangkan pada Juli 2013 Rp115,4 triliun.
Belakangan bank-bank besar sudah mulai menurunkan suku bunga deposito lantaran likuiditas mereka cukup berlimpah. Sayang, langkah itu belum berdampak banyak ke industri. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja justru menyebutkan penempatan deposito oleh nasabah BCA masih naik. Padahal BCA sudah menurunkan suku bunga deposito 0,5% sejak September 2014.
Plt Direktur Utama & Wakil Direktur Utama PT Bank Permata Tbk Roy Arman Arfandy juga sudah mengisyaratkan rencana penurunan suku bunga deposito. Dia memperkirakan penurunan suku bunga deposito bisa dilakukan pada 2 bulan atau 3 bulan ke depan. Menurutnya sejauh ini pertumbuhan deposito masih cukup stabil.
Menurut data Bank Indonesia pertumbuhan DPK memang masih menunjukkan tren penurunan. Pada Juli 2014, pertumbuhan DPK tercatat turun. DPK hanya tumbuh 10,36% year on year pada Juli 2014, melambat dibandingkan Juni 2014 yang mencapai 13,67%.
Seperti diberitakan sebelumnya OJK sudah memanggil sejumlah bank terkait persaingan suku bunga deposito. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad sudah menegaskan pihaknya tidak akan membiarkan bank-bank memberikan suku bunga deposito hingga double digit. Pasalnya suku bunga dana yang ditawarkan jauh di atas suku bunga penjaminan (LPS Rate) yang berada di level 7,75%.
Namun agaknya upaya tersebut sulit dilakukan jika tak ada solusi yang lebih menarik bagi industri. Pasalnya strategi penurunan suku bunga dana masih menjadi pilihan sulit bagi bank berkategori kecil dan menengah. Deposito masih jadi andalan untuk mencegah likuiditas kian cupet. Faktanya hampir semua bank di ketagori bank umum dengan kelompok usaha (BUKU) I hingga IV merevisi target rencana bisnis bank (RBB) tahun ini setelah melihat pencapaian di semester I/2014.
Secara umum, target pertumbuhan aset, kredit, dan dana pihak ketiga (DPK) pascarevisi RBB masing-masing sebesar 13,44%, 16,47%, dan 13,92%, lebih rendah dibandingkan dengan target pertumbuhan yang diajukan sebelumnya yang ditetapkan 16,06%, 17,35%, dan 18,32%. Situasi itu sejalan dengan data Bank Indonesia yang menyebutkan pertumbuhan kredit masih dalam tren melambat sejalan dengan moderasi permintaan domestik.
Pada Juli 2014, kredit tumbuh 15% year on year, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan Juni 2014 yang mencapai 16,6%. Berdasarkan data yang dilansir OJK fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah (undisbursed loan) hingga Juli 2014 juga cenderung meningkat. Jika pada Juni undisbursed loan hanya Rp1.053 triliun, pada Juli naik menjadi 1.062 triliun, tertinggi dalam 7 bulan terakhit.
Undisbursed loan pada Juli 2014 terdiri dari Rp306,9 miliar commited dan Rp755,1 miliar uncommited. Pada Juli 2013 undisbursed loan hanya mencapai Rp895,7 triliun sedangkan pada Juni Rp862,1 triliun.